Sungguh
Nabi-Mu pernah mengingatkan kami ya Allah, “Barang siapa mencari keridhaan
Allah dengan kemurkaan manusia, Allah melindunginya dari kesulitan manusia. Dan
barang siapa mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, Dia menyerahkannya
kepada manusia.” (Tirmidzi dan Ibnu Asakir)
Hadits
diatas mengajarkan kita untuk mendahulukan ridho Allah daripada ridho manusia.
Apa-apa yang tampak mendatangkan kebaikan atau kemanfaatan bagi kita, boleh
jadi didalamnya ada keburukan yang sangat besar yang akan mencapai bentuknya
yang nyata setelah berjalannya waktu dan bertukarnya masa. Apa yang tampak
sebagai kelapangan, tak jarang sesungguhnya merupakan jalan yang menjatuhkan
kita kepada kesusahan, penderitaan, dan air mata yang tak pernah berhenti
mengalir.
Terkadang
kita sungguh-sungguh sudah tidak berdaya. Tetapi, boleh jadi Allah ‘Azza wa
jalla masih memercayakan kekuatan dan kemampuan kepada kita, hanya saja kita
merasa lemah. Menganggap diri kita tidak berdaya melebihi keadaan sesungguhnya.
Karena, sungguh tidaklah Allah ta’ala membebankan kepada kita, kecuali dalam
batas yang kita sanggup mengatasinya. Tidaklah datang persoalan, kecuali kita
memiliki kapasitas dan kekuatan untuk menyelesaikannya dengan baik, kecualai
apabila persoalan itu merupakan azab dari Allah. Tak ada yang dapat
meredakannya. Tidak diri kita, tidak pula orang lain selagi kita enggan untuk
berlari kepada-Nya.
Adakalanya,
kesulitan itu datang karena kita mendahulukan manusia daripada ridha Allah,
melainkan karena kita lebih mendekatkan ego sehingga membuat kita justru
hampir-hampir kehilangan harga diri. Tak ada yang dapat membahagiakan karena
setiap gelak canda ada air mata yang harus kita bayar. Kita mendahulukan
egoisme kita sendiri, sehingga kehilangan pikiran yang bersih, hati yang
jernih, dada yang lapang dan jiwa yang ikhlas. –Ust Fauzil-
~Aez~
Next Part
0 komentar:
Posting Komentar