Akhirnya
bertemu juga dengan moment dikasih undangan lengkap dengan ucapan “kapan nyusul?”. Haisshh.. gini toh
rasanya. *nyengir* (lupakan bagian ini)
***
Katanya,
setiap orang pasti merasakan jatuh cinta meski tah kapan. Dan rasa itu tak bisa
diprediksi, diundang apalagi dipaksa kedatangannya. Jadi suka-suka dia aja.
Tapi bagi saya pertanyaannya ya tetap, kapan?
Saat
ini saya cukup penasaran dengan dua kata diatas. Diatambah sohib-sohib tercinta
juga udah makin rajin curhat sana sini nyeritain si A, si B atau 'seseorang'. (Maklum,
katanya sih penganut pacaran pas udah nikah. Tapi masih pada labil, jadinya
begitu deh -..-) Haahhh... rasanya itu
kok kayak full sensasi banget. Sebentar seneng, setelah itu galau, terus seneng
lagi, lalu galau lagi. Buat hidup lebih berwarna agaknya. Hehe... Belum lagi
ekspresi yang ditunjukkan, beeuhh...
bikin ngiri. Jangan bayangkan sohib-sohib saya ini tipe yang pada ngerti kalau
suka sama orang itu cukup-kamu-dan-Allah-yang-tau
kayak temen-temen asrama saya ya, kalau mereka mah solih-solihah semua. #uhuk . Jadi saya tau banget waktu
mereka jejingkrakan ketika ndak sengaja ketemu sama si do’i. Atau sekedar kejadian-kejadian
kecil gak penting tapi herannya bisa bikin mereka ketawa-ketawa geje seharian.
Lebih parah sekedar denger atau kesebut namanya aja udah bisa ngebikin si embak
tersenyum semanis itu. Arrgghhh... How it
can do? *nyakarin tembok*
Herannya,
kenapa pula mereka hobi sekali cerita kayak begituan kesaya, dan lebih parahnya
lagi dimintain pendapat pula. Maksudnya apa coba? Mau nyindir? Atau ngetes? Ha?
Atau mau pamer-pameran? Kalem Vi, kaleem.
*emosi*. Karena sampai saat ini saya masih setia duduk dikursi pendengar karena
memang belum ada satu sosokpun yang bisa diceritakan. Ishh... padahal pengen banget ketularan. T..T. Jadi jangan salahkan bila solusi yang saya berikan selalu
pake katanya, katanya dan katanya yang kemudian terkesan seenaknya dan tak berperasaan.
Mahaha...
Vii... aku suka sama itu. Gimana?
Nikahin,
kalau gak lupakan. Simpel kan. *setelahnya saya memar-memar karena mau dibunuh
sama mereka”
Oh
iya FYI, orang yang lagi kasmaran itu cenderung anarkis sodara-sodara. Jadi
hati-hati.
“Enak banget nyuruh lupain-lupain,
dipikir semudah itu. Kamu tu gak ngerti banget sih sama hati dan perasaanku” kemudian saya jejeritan dalam hati
“HELLOOO.... EMANGG SAYA GAK TAUUU”
Ah,
tapi setidaknya yang ‘katanya-katanya’ tadi nurut Katanya Allah kok. Jadi kalau
mau marah ya sama Allah sana kalau berani. Jangan malah saya yang ditabokin dan
dicap tak berperasaan. *ding :’(
Oh
iya, saking penasarannya, pas millad kemarin sampe punya satu misi aneh.
Pokoknya umur segini pingin ngrasain jatuh cinta yang kayak mereka itu (yang
jatuh cinta beneran loh ya (jangan tanyakan beneran disini maksudnya kayak
gimana, saya juga gak paham), jadi bukan cuma sekedar kagum atau suka, hoho) biar
saya lebih ngerti gimana perasaan mereka waktu lari-lari kemudian narikin tangan
saya cuma mau bilang “Viiii tadi aku
ketemu ini loooh” dengan wajah senyum 10 jari. Atau kalau nggak, setidaknya
paham kenapa mereka bisa bengong selama dikelas cuma karena hal-hal yang menurut saya itu sepele
banget. Karena selama ini ketika mereka menceritakan sebabnya saya
hanya bisa mangap atau pingin nabokin mereka sambil bilang “Ya Ampuun, kayak gitu aja penting banget kaaahh?” *yang
berefek saya memar-memar lagi”
Tapi
apa mau dikata, bahkan sampai hari ini misi ini belum ada tanda-tanda akan
sukses, hati saya masih lempeng-lempeng aja tuh. *hela nafas* Fffyuuhh,,,,
Tapi
akhirnya saya berkhusnudzon dengan memikirkan ‘kemungkinan-kemungkinan’ maksud
Allah ke saya.
Mungkin
Allah belum mengizinkan saya merasa yang seperti itu karena memang belum pantas
untuk diberikan. Masih kecil, ndak ming
gur galau terus. Atau mungkin
yang kedua, Allah membiarkan saya seperti ini biar jadi tumbal temen-temen yang
kalau cerita suka gak kira-kira itu. Biar setidaknya angka bunuh diri akibat
aku-lagi-suka-sama-seseorang sedikit berkurang dengan membiarkan mereka membuang
racun galaunya pada saya yang lugu ini. Atau bisa juga mungkin yang ketiga, Allah
mau ngajarin saya dari pengalaman teman-teman ‘yang namanya jatuh cinta (sama lawan) jenis itu kayak gini lho Vi..’
jadi pas udah ngalamin gak kaget dan udah paham dan gak ikut-ikutan bunuh
diri. Atau bisa juga mungkin yang terakhir, Allah membiarkan saya menjadi
media pendengar biar pengetahuan saya makin luas. Kan prinsipnya “kisah kalian
adalah inspirasi saya”. Wahaha... jadi yang suka suudzon sama twit, blog, atau
tulisan-tulisan aneh lainnya yang pada nyangka saya lagi kasmaran itu
terpatahkan. Hei inget, kita nulis
tentang makanan bukan berarti kita sedang lapar kan? :D
Ahhh...
namun pada akhirnya saya merasakan manisnya punya hati seperti ini kok. Disaat
temanmu galau dan menceritakan tentang ini itu, disaat saya merasakan bahwa dia
mempunyai rasa yang berbeda dengan si dia, saat akhirnya ada pengakuan cinta,
setidaknya saya bisa menjadi pendengar yang baik, memberikan solusi (meski
banyak ngawurnya) atau mungkin sekedar menghibur dengan tulus. Bukan setengah
hati karena ada suatu sebab.
Tapi
terlepas dari itu semua yang terpenting adalah SAYA BISA NGE-GODA-IN MEREKA
SEPUAS HATI SAYA. Mahahahahahahahahahahaha... #Plak
Maap
yak yang sering tersakiti arena ulah saya yang satu ini. Ga tau nih, kadang
kalau jahilnya kambuh jadi suka kelepasan, soalnya rasanya itu puasss banget
waktu ngeliat mereka salah tingkah begitu, hehe..
Ya,
saya bersyukur memiliki hati seperti ini, karena bukankah akan lain lagi
ceritanya andaikan saya udah memiliki rasa yang berbeda dengan seseorang. Mesti jadinya bakal
gak seru lagi. Saya kan pencemburu berat. Padahal bisa saja orang yang saya
suka juga merasakan hal yang sama pada saya, tetapi karena saya tau ada juga yang menyukainya, tabiat
buruk saya suka reflek muncul, langsung kabur dan mundur teratur. Hehee...
Atau
kalau tidak, pasti sakit rasanya saat dengan heboh temanmu menceritakan
seseorang yang ia suka padahal seseorang itu telah berada dalam hatimu untuk
waktu yang lama. Iya kan? Makanya,
sekarang saya bahagia dengan kondisi hati yang seperti ini. Karena dengan
demikian saya bisa berdo’a dengan sepenuh hati dan dengan setulus-tulusnya
pengharapan. Semoga Allah memberikan yang terbaik dengan skenario terindah
untuk kisah hati mereka dan berharap agar semua berakhir dengan bahagia. Sedang
dalam artian lain misi tadi resmi dicoret. Ga usah dipikir, tar juga dateng sendiri. ^^
Ah iya,
katanya jatuh cinta itu masalah hati kan, maka tak heran pabila saya tak kunjung merasa jatuh cinta. karena bagi saya ketika masih berada pada kondisi seperti saat ini lebih baik tidak menyimpan satu namapun didalam hati, karena
bukankah sifatnya hati itu terbolak-balik? Maka cukuplah saya menyimpannya
didalam do’a, sebagai tanda rindu, sebagai tanda cinta. ^^
Selain
itu saya tidak ingin mengotori rasa cinta yang dianugerahkan sama Allah
bersifat suci ini, kerena ketika saya sudah memutuskan untuk mencintai saya
inginnya berkomitmen dengan cinta itu sendiri. Tetap mencintai meski apapun
yang terjadi.
Itulah
kenapa saya hanya menyimpannya didalam do’a. Agar Allah bebas berkehendak
disana, biar Allah yang memutuskan semua, biar Allah yang memberikan jalan
terbaiknya, juga biar Allah tau kalau saya tak suka bila ada orang lain
menyebut-nyebut namanya.
Itulah
kenapa saya tak menyimpannya dalam hati, karena bila saya berbuat demikian ia
akan tercampur ego dan emosi. Bisa saja saya menjadi tak lagi mencintainya
karena beberapa hal yang bahkan jelas-jelas itu hanya bersumber dari nafsu dan ego
yang memang bermarkas disana. Selain itu, karena hati ini memang hanya
dipersiapkan untuk seseorang yang akan menyandang gelar suami dalam hidup saya
nanti. Yang bisa saya cemburui dan sayangi sepuas hati, yang memang tak
berdosa bila namanya berada disana dan yang terpenting ada ridha Allah
menyertai. Ya kan sayang...? #plak #plak #plak
Jatuh cinta,
Ah, rasa itu pasti datang kok...
Dan jika bukan untuk orang lain, ya pasti kamu. ^^
Ah, rasa itu pasti datang kok...
Dan jika bukan untuk orang lain, ya pasti kamu. ^^
-Aez-
0 komentar:
Posting Komentar