:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Sabtu, 22 Februari 2014

Yuk, Mengumpat!

Mengumpat kalau bahasa asingnya adalah misuh-misuh. Biasanya terjadi saat kita hilang kontrol atau berada dalam kondisi yang ‘terlalu’. Entah itu terlalu marah, terlalu kesal, terlalu bingung, terlalu kaget atau seiring perkembangan zaman mengumpat juga digunakan pada keadaan terlalu senang. Namun secara umum yang namanya mengumpat sering dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif. Hal ini disebabkan karena aksi dari mengumpat berupa perkataan atau ucapan dengan kosa kata yang cenderung tidak enak didengar (Vivi, 2014). Hehe..
*skip*
Maaf pemirsah, menggunakan bahasa formal itu sangat mengganggu bagi saya. Mpun nggih, kita seperti biasanya saja.
***
Nah, tapi kenapa pada entry ini kamu malah ngajak anak orang buat misuh-misuh Vi?

Haissyyhhh bentar to, yuh dilanjut dulu....

Awalnya saya hanya melihat fenomena disekitar aja. Mengumpat a.k.a ‘misuh-misuh’ sebenarnya hanya kata yang saya pilih karena bingung mau pakai perumpamaan apa yang tepat untuk istilah perkataan tidak sadar  yang sering tanpa sengaja keluar dari mulut kita. Setiap kita sering lhoo melakukan ini. Hanya karena sifatnya tanpa sadar jadi yaa memang sering tidak disadari.

Contohnya nih, kalau lagi gemes sama kelakuan teman sering dengan nada bercanda kita ‘kelepasan’ bilang, “iiihhh dasar kamu kampretos cokolatos” atau bla..bla.. Meski tidak serius tetap saja itu adalah ucapan yang keluar dari mulut kita. Padahal katanya ucapan itu adalah do’a. Padahal katanya ucapan itu adalah isi hati kita. Padahal katanya ucapan merupakan cerminan akhlak. Padahal katanya lebih baik diam daripada berucap yang sia-sia. Padahal katanya setiap ucapan akan dimintai pertanggung jawaban. Padahal katanya akan jadi panjang banget jika mau ditulis katanya-katanya yang banyak itu. Hehe...


Nah, padahal hampir sebagian besar dari kita tidak lepas dari ‘latahan’ itu. Untuk teman-teman dari jogja mungkin tidak asing dengan umpatan “asem” atau “tobat” dan mungkin setiap daerah punya bahasa ‘misuh’ yang berbeda-beda. Karena sifatnya kebiasaan dan tanpa sadar maka memang sedikit sulit untuk dihilangkan. Bahkan mungkin hal ini sudah dianggap biasa dan dimaklumi oleh sebagian kita. Nah, bukankah lebih indah jika latahan misuh-misuh itu kita ganti dengan kata yang lebih bermanfaat. J

Hal-hal seperti ini meski terlihat sepele tetapi jika lebih dipahami memiliki efek yang besar lhoo. Salah satunya untuk kalian para (calon) Ibu. ^..^v
Ketika nanti kita sudah memiliki (banyak) anak hal-hal semisal ‘mengumpat’ dan ‘misuh-misuh’ terkadang tak terhindari. Padahal ucapanmu adalah do’a mustajab buibu. Apalagi do’a Ibu kan tanpa hijab. Inget yaa, anakmu kelak adalah ucapanmu saat ini. #catat

Mungkin banyak orang tua yang tidak sadar jika kenakalan anak mereka sebenarnya berasal dari ‘doa-do’a’ mereka. Kok bisa? Ketika si adik melakukan kesalahan misal, tanpa sadar si Ibu yang sedang capek berucap “wee lhaa asem tenan, bocal nakal ig”. Ndak tau kalau disebelahnya ada malaikat yang kaget terus bilang “aammiin”. Dan jeng...jeng... kelak si Ibu sibuk nyalahin si anak yang kelakuannya nakal gak ketulungan. Padahal?
 
Emaak, apa salahku?
Bukankah ini PR besar untuk kita terutama yang masih sering melafalkan kata-kata ajaib itu? Nah sayapun demikian. Meski tidak memiliki kebiasaan mengucapkan kata-kata khusus tapi saya takut lingkungan mempengaruhi saya. Mungkin ketika diasrama seperti sekarang masih aman karena lingkungan sangat kondusif, tetapi nanti ketika telah bermasyarakat dan saya tidak memiliki kebiasaan yang kuat. Walaaa... bisa berabe toh. Jadi saya menyimpulkan : ciptakan lingkungan atau kamu yang diciptakan lingkungan.

Kita sadar bahwa diri kita terbentuk karena pengaruh lingkungan. Hal-hal baik akan lebih mudah diterima atau diterapkan pabila lingkungan juga mendukung. Karena itu saya iseng mencari wangsit bagaimana cara jika ingin membuat kebiasaan baru pada lingkungan yang ada. Setelah bertapa disana-sini akhirnya saya menemukan jawaban. Simpel ternyata, MULAILAH DARI DIRI SENDIRI. J

Awalnya cukup sulit juga lo. Soalnya memakai kata-kata yang lidah kita jarang mengucapkan itu agak sedikit membutuhkan perjuangan. Hehe... awalnya kagok parah. Tapi kalau saya nyerah disini artinya misi ini gagal. Ooo...tidak bisyaah...

Seiring berjalannya waktu saya bisa sedikit tersenyum. Ketika sedang gemes akan sesuatu saya sudah bisa reflek mengucapkan kata-kata yang saya biasakan untuk itu. Mmm... mungkin sedikit saya jelaskan, selain ucapan yang diutamakan semisal Astagfirullah, Alhamdulillah, dsb. ucapan yang saya biasakan disini lebih terfokus pada ucapan untuk orang lain. Karena biasanya yang dilakukan orang-orang ketika sedang marah adalah mengabsen penghuni kebun binatang atau menggunakan perkataan sarkas lainnya.

Mari sedikit mengingat ‘umpatan’ Ibu Imam Sudais sang Imam besar Masjidil haram. Ketika Sudais kecil tak sengaja menaburkan pasir dijamuan yang telah siap dihidangkan padahal para tamu sudah hampir datang. Ibu Sang Imam yang terlanjur kesal akan kelakuan putranya reflek mengumpat “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” (Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!)”. MasyaAllaahh... Lihatlah efek dari umpatan itu...

Hmm... bukankah semua anak akan rindu dengan akhlak seorang Ibu yang demikian? J

Salah seorang Mbak di asrama juga saya rasa cukup sukses dengan trendcenter kata-katanya yang selalu menggunakan kata “Ya Allah” ketika mengeluh. Misal.. ‘Ya Allah, aku capek ya Allah, huu..hu..’ dsb. Yang kemudian diikuti oleh seantero asrama. Gudjob Mba Ja.like it!! karena apapun hendaknya memang kembali pada Allah ^^

Jadi Yuk kita ciptakan lingkungan dkita pada hal-hal yang baik. Demi masa depan lho ini. :D Oh iya, yang tadi gak Cuma untuk (calon) Ibu aja ya (Calon) Bapak juga sama, gak lucu dong kalau ntar si Adek keceplosan ‘ngumpat’ disekolah dan ditanya jawabnya “Ayah juga ngomong gitu buguru”. ( :’D )
***
For last, thanks to yang udah sering jadi bahan praktek diasrama. Maap kalau jadi sering ‘teriak-teriak’ ; Nur’aini solihaaahh atau eskriim solihaah...
Sedikit berharap semoga yang lain segera ketularan. hohoo

-Calon ‘guru’ yang sedang belajar-
--Aez-
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers