:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Jumat, 27 Desember 2013

Berteman Seperti Anak Kecil



Kawan yang tulus kadang memang lebih menyebalkan dari pada musuh yang menyamar. Bekal utama kebersamaan adalah kesabaran. Sebab kita tahu, berjalan bersama itu jauh lebih lambat dibanding sendirian. Berkawan insan-insan mulia harus disertai kesadaran, bahwa kita selalu harus “sedang menuju” kemuliaan. Bukan telah sampai.


Namanya Wulan, murni ANGGUN alias anak nggunung tulen. Hobinya bolak-balik mudik dan ngadu kalau uang jajannya kurang. guyoon Lan. Selalu sekelas kecuali di mata kuliah Agama dan Sains. Anaknya, subhanallah..... kalau dibuang Bapak Ibunya paling juga gak ada yang mau ngambil. Hehehe *guyon lan, guyooon*

Entah karena apa saya bisa menyebutnya teman. Jika janjian, maka saya harus sudah siap senewen nungguin dia gak dateng-dateng sampai hitungan jam. Bahkan beberapa kali (penghalusan dari kata sering ini) dia ‘lupa’ kalau punya janji dengan saya. “Lan, mengko mantukke nebeng yo?” (Lan, nanti pulangnya nebeng ya?). “Ya” atau “Lan, ntar berangkat ngampusnya dijemput ya”. “Ya”.

Hasilnya? sebuah SMS : “Vii, kowe nengdii? Sory Vi, mau lali, sakiki aku wis tekan kontrakan” (Vii, kamu dimana? Maaf Vi, tadi lupa, skarang aku udah sampai dikontrakkan). *hah, what the...?* Atau “Vivi, sorry Vi, aku lali methuk. Iki wis nang kelas Vi, wis Mlebu” (Vivi, maaf Vi, aku lupa jemput, ini udah dikelas Vi, udah masuk). *ngelus dada*

Belum lagi style-nya yang duh-duh, jogjanan versi overdosis wis. Sukanya apa-apa luamma syekalii. Jadi kata-kata “ayooo laannn, cepet laannn, wis telat ikii” yang berkali-kali hanya akan mendapat satu respon. “Iyo Vii, iyo. Dilit ngkas. Sabar tho”. (Iya Vii, iya. Sebentar lagi. Sabar tho). Bayangpun sodara-sodara, padahal kan saya paling sesuatu sama yang model begini. (-..-) Dan inilah teman saya. :)

Tapi, siapa orangnya yang bisa melebihi sabarnya wulan ke saya.

As you know, saya itu punya model yang ehm, cuek sebenernya. Jadi yahhh, sudah berkali-kali saya katakan, menyentuh hati saya itu butuh perjuuangan, tapi ketika kau telah mendapatkannya maka harus siap dengan segala konsekuensi dari semua itu.

Contoh kecil. (sebenarnya semua dialog lebih banyak menggunakan bahasa jawa, tapi saya malas mengetik dua kali, ndak papa ya). V (Vivi), W (Wulan)

W : Vii, reti ra? (Vii, tau gak?) (pertanyaan yang sering digunakan kalau kita mau memulai cerita)
V : Ra’ (Enggak)
W : ya wes, sini tak kasih tau...
(dan dia akan cerita panjang lebar meski tanpa persetujuan)

Saat dia ‘melupakan’ sesuatu dari saya, biasanya dia bakal sms sesuatu tentang ‘maaf’. Berkali-kali. Tapi:
W : Vi, kowe isih nesu karo aku yo?( Vi kamu masih marah sama aku ya?) sory ya Vii?
V : Enggak
W : Kok sms ku ndak ada yang dibalas?
V : Oh, gak punya pulsa
W : (dari mukanya sih udah kayak mau nelan rumah, hoho)

Suatu kali kita berada diruang microteaching. Dia bawa laptop, dia juga ngadep PC lab. Dan duduk disebelah saya. Tapi anehnya tetep aja ‘ngrusui’ PC yang saya pegang. Nanya ini itu, berkali-kali. Padahal saya kalau mengerjakan sesuatu paling gak bisa kalau disuruh banyak fokus.
V : haissh, itu lo lan mbok pake PC mu.
W : Emoh, belum diinstal aplikasinya..... then, Vivi ini dari mana?
V : (dijelasin sekenanya)
W : *gak dong* bukane bla..bla...
V : iya, ini gini , ini gitu
W : loh, iki kan...bla..bla
V : *gemes* ah, udah. Buka sendiri sana. Gak boleh liat-liat sini! (saya fikir dia bakal ngambek gitu, tapi)
W : emooh...
V : ...

Tapi, siapa orangnya yang bisa melebihi pengertiannya wulan ke saya.

Bukankah teman itu sebenarnya hanya masalah memahami. Dan karenanya kamu tak perlu menjadi orang lain. Tetapi, menginginkan dipahami tanpa mau memahami juga menjadi sebuah kesusahan. Betapa nanti banyak hati akan tersakiti saat kata paham itu hanya bekerja disatu sisi.

Wulan hobi cerita ini itu meski saya sibuk dengan coretan, buku atau laptop ditangan saya. Dan dia tetap bercerita walau terkesan ‘sedang ngomong sendiri’. Tak sebal karena dia mengerti walaupun saya terkesan tak peduli sebenarnya saya menyimak semua yang dia ucapkan.

Wulan yang tak pernah lupa membawakan ‘sekantong kecil’ masakan Ibunya saat idul adha. Meskipun saya sering protes ‘kenapa kok dikit banget’ dia tau kalau sebenarnya saya senang tak kepalang. Paling rapi ketika mencatat materi dikelas yang kemudian sering saya culik karena catatan saya sulit dibedakan antara lukisan abstrak atau diktat kuliah. Tetap meminjamkan sebab paham karena mata ini memang memerlukan bantuan.

Berteman hanya masalah memaafkan. Karena dalam menjaga hubungan bukanlah berebut tentang siapa yang benar, tetapi  dulu-duluan berebut 'saya yang salah'. Jangan sungkan bertanya langsung, bertabayun. Atau kehilangan seratus rupiah untu sms tak masalah asal hati ini tenang. Karena Allah pun melarang hidup dalam bersangka-sangkaan.


Dalam sebuah hubungan, berselisih itu hal biasa. Syaratnya jangan lama-lama. Karena bila ia berkelanjutan akan melahirkan masalah-masalah yang lain. Hebatnya seorang Wulan dibuktikan disini. Meski saya suka diem gak jelas, sedang sedikit sebal dengan dia (aslinya gak gitu sih, iseng aja biar dia ribut sendiri, hehe), hiperaktif-lah katanya, ADHD-lah katanya, autis-lah katanya tetapi dia tidak pernah meninggalkan saya. Kita tetap duduk bareng meski sedang ‘ngambekan’. Dia tetap narik sana-sini meski saya sedang sebal. Dan bagi seorang saya inilah teman.

Setiap orang memiliki prinsipnya sendiri, hal-hal yang dia yakini, maka jangan diganggu. Prinsip saya sederhana, jangan tinggalkan saya dalam keadaan apapun. Cukup.
 Catatan, bagi saya mendiamkan sama arti dengan meninggalkan. Titik.

Berteman itu adalah saling menasehati. Marahnya teman dalam mengingatkan adalah tanda cinta. Tak paham kah? “Vi, apa yang kamu takuti?” maka saya jawab : “Berhenti dicintai”. Mungkin saya akan sakit ketika saya diingatkan dengan cara yang tak berperikehatian, saya sakit saat sikap saya disalah-salahkan tetapi saya akan jauh lebih sakit saat semua yang saya lakukan sudah tak ada yang menghiraukan. Saya dibiarkan melakukan apapun sesuka hati. Ya, saya takut seperti itu, berhenti dicintai.

Berteman adalah berbagi. Tetapi salah satu harus memulai; sepertinya lebih mudah bukan dengan meminta tapi memberi. Siapa yang tak sabar belajar, harus sabar dalam kebodohan. Siapa yang tak sabar dalam bersaudara, maka harus sabar dalam kesendirian. Maka ketika saya sudah memulai, kelanjutannya saya letakkan ditangan kalian. Hanya harapannya, semoga apa yang saya mulai segera disadari sebelum ‘mulai’ itu mengakhiri dirinya sendiri.

Vivi dan Wulan. Semoga pertemanan kita tetap seperti anak kecil. Tetap bersama meski sering bertengkar. Segera melupakan ketika salah satunya melakukan kesalahan. Berbagi meski itu hanya sebesar biji. “Pokoknya Wulan, yang boleh diem cuma saya, kamu gak boleh apapun alasannya”. Saya yakin, jika membaca ini dia tidak akan mengatai saya egois, karena dia paham semua maksud yang saya tuliskan. ^^

Untuk semua teman yang hatinya telah bertautan. Jangan jadikan dirimu layak untuk ditinggalkan. Sebab semua adalah pilihan. Untuk terus disayangi atau terpaksa bersendirian. Memahami maka kau akan dipahami. Sebab temanmu juga manusia yang memiliki titik jenuhnya masing-masing. Bila ada yang kau tak suka darinya maka ucapkan, sebab dia bukan malaikat yang dapat membaca hati dan fikiran. Marahnya mereka adalah perhatian yang menyamar, betapa ia tak ingin kau terperosok lebih dalam. Jika caranya dalam menyampaikan bagimu adalah kesalahan, maka maafkan. ‘Alim mengatakan, bukan cara atau orangnya yang harus kau perhatikan, tapi maksud dari yang ia ucapkan. Bahkan mutiara dari pantat ayampun penuh gizi bila kau sudi memakan. Bila hatimu sakit berkelanjutan atas nasehat yang diberikan, maka ada yang perlu diperiksa dalam dirimu. Mungkin ia sedang gersang.

Tulisan yang ini lebih banyak menunjuk muka sendiri. Semoga diri ini bisa menjadi temn yang baik.

Untuk semua teman,
Saya tak pernah meminta untuk dipahami maka apabila tak ada yang memberi arti saya sudah tak kaget lagi. Tetapi bila kau tetap nekat mencoba untuk mengerti. Inilah saya, dengan sepenuh kekurangannya.
.
Maaf ya Wulan bila caraku dalam menyayangi sedikit sulit untuk dipahami. ^^
~Aez~
separador

3 komentar:

Noer Suci Wulandari mengatakan...

Siiippp berteman memang harus saling menghargai,
Yaaa itulah aku vii, dengan sgala kekurangan dan kelebihanku (kalau ada),

smoga pertemanan ini bisa membawa dalam kebaikan, amiin ^^

Syourin Aez mengatakan...

Aamiin... ^^

samsulzakaria mengatakan...

klo dengan makhluk satu ini, rafi rizha rashida ilmi pye viii,,haha..

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers