Kawan yang tulus
kadang memang lebih menyebalkan dari pada musuh yang menyamar. Bekal utama
kebersamaan adalah kesabaran. Sebab kita tahu, berjalan bersama itu jauh lebih
lambat dibanding sendirian. Berkawan insan-insan mulia harus disertai
kesadaran, bahwa kita selalu harus “sedang menuju” kemuliaan. Bukan telah
sampai.
Namanya
Wulan, murni ANGGUN alias anak nggunung tulen. Hobinya bolak-balik mudik dan
ngadu kalau uang jajannya kurang. guyoon
Lan. Selalu sekelas kecuali di mata kuliah Agama dan Sains. Anaknya,
subhanallah..... kalau dibuang Bapak Ibunya paling juga gak ada yang mau
ngambil. Hehehe *guyon lan, guyooon*
Entah
karena apa saya bisa menyebutnya teman. Jika janjian, maka saya harus sudah
siap senewen nungguin dia gak dateng-dateng sampai hitungan jam. Bahkan
beberapa kali (penghalusan dari kata sering ini) dia ‘lupa’ kalau punya janji
dengan saya. “Lan, mengko mantukke nebeng
yo?” (Lan, nanti pulangnya nebeng ya?). “Ya” atau “Lan, ntar berangkat ngampusnya dijemput ya”.
“Ya”.
Hasilnya?
sebuah SMS : “Vii, kowe nengdii? Sory Vi,
mau lali, sakiki aku wis tekan kontrakan” (Vii, kamu dimana? Maaf Vi, tadi
lupa, skarang aku udah sampai dikontrakkan). *hah, what the...?* Atau “Vivi,
sorry Vi, aku lali methuk. Iki wis nang kelas Vi, wis Mlebu” (Vivi, maaf
Vi, aku lupa jemput, ini udah dikelas Vi, udah masuk). *ngelus dada*
Belum
lagi style-nya yang duh-duh, jogjanan versi overdosis wis. Sukanya apa-apa
luamma syekalii. Jadi kata-kata “ayooo laannn, cepet laannn, wis telat ikii”
yang berkali-kali hanya akan mendapat satu respon. “Iyo Vii, iyo. Dilit ngkas. Sabar tho”. (Iya Vii, iya. Sebentar
lagi. Sabar tho). Bayangpun sodara-sodara, padahal kan saya paling sesuatu sama
yang model begini. (-..-) Dan inilah teman saya. :)
Tapi, siapa
orangnya yang bisa melebihi sabarnya wulan ke saya.
As you know,
saya itu punya model yang ehm, cuek
sebenernya. Jadi yahhh, sudah berkali-kali saya katakan, menyentuh hati saya
itu butuh perjuuangan, tapi ketika kau telah mendapatkannya maka harus siap
dengan segala konsekuensi dari semua itu.
Contoh
kecil. (sebenarnya semua dialog lebih banyak menggunakan bahasa jawa, tapi saya
malas mengetik dua kali, ndak papa ya). V (Vivi), W (Wulan)
W : Vii, reti ra? (Vii,
tau gak?) (pertanyaan yang sering digunakan kalau kita mau memulai cerita)
V : Ra’ (Enggak)
W : ya wes, sini tak kasih tau...
(dan
dia akan cerita panjang lebar meski tanpa persetujuan)
Saat
dia ‘melupakan’ sesuatu dari saya, biasanya dia bakal sms sesuatu tentang
‘maaf’. Berkali-kali. Tapi:
W : Vi, kowe isih nesu
karo aku yo?( Vi kamu masih marah sama aku ya?) sory ya Vii?
V : Enggak
W : Kok sms ku ndak ada yang dibalas?
V : Oh, gak punya pulsa
W : (dari mukanya sih udah
kayak mau nelan rumah, hoho)
Suatu
kali kita berada diruang microteaching. Dia bawa laptop, dia juga ngadep PC lab. Dan duduk disebelah saya. Tapi anehnya
tetep aja ‘ngrusui’ PC yang saya pegang. Nanya ini itu, berkali-kali. Padahal saya
kalau mengerjakan sesuatu paling gak bisa kalau disuruh banyak fokus.
V : haissh, itu lo lan mbok pake PC mu.
W : Emoh, belum diinstal aplikasinya..... then, Vivi ini dari mana?
V : (dijelasin sekenanya)
W : *gak dong* bukane bla..bla...
V : iya, ini gini , ini gitu
W : loh, iki kan...bla..bla
V : *gemes* ah, udah. Buka sendiri sana. Gak boleh liat-liat sini! (saya fikir dia bakal ngambek gitu, tapi)
W : emooh...
V
: ...
Tapi, siapa
orangnya yang bisa melebihi pengertiannya wulan ke saya.
Bukankah teman
itu sebenarnya hanya masalah memahami. Dan karenanya kamu tak perlu menjadi
orang lain. Tetapi, menginginkan dipahami tanpa mau memahami juga menjadi
sebuah kesusahan. Betapa nanti banyak hati akan tersakiti saat kata paham itu
hanya bekerja disatu sisi.
Wulan
hobi cerita ini itu meski saya sibuk dengan coretan, buku atau laptop ditangan
saya. Dan dia tetap bercerita walau terkesan ‘sedang ngomong sendiri’. Tak
sebal karena dia mengerti walaupun saya terkesan tak peduli sebenarnya saya
menyimak semua yang dia ucapkan.
Wulan
yang tak pernah lupa membawakan ‘sekantong kecil’ masakan Ibunya saat idul
adha. Meskipun saya sering protes ‘kenapa kok dikit banget’ dia tau kalau
sebenarnya saya senang tak kepalang. Paling rapi ketika mencatat materi dikelas
yang kemudian sering saya culik karena catatan saya sulit dibedakan antara
lukisan abstrak atau diktat kuliah. Tetap meminjamkan sebab paham karena mata
ini memang memerlukan bantuan.
Berteman hanya masalah memaafkan. Karena dalam menjaga hubungan bukanlah berebut tentang siapa yang benar, tetapi dulu-duluan berebut 'saya yang salah'. Jangan sungkan bertanya langsung, bertabayun. Atau kehilangan seratus rupiah untu sms tak masalah asal hati ini tenang. Karena Allah pun melarang hidup dalam bersangka-sangkaan.
Dalam
sebuah hubungan, berselisih itu hal biasa. Syaratnya jangan lama-lama. Karena
bila ia berkelanjutan akan melahirkan masalah-masalah yang lain. Hebatnya
seorang Wulan dibuktikan disini. Meski saya suka diem gak jelas, sedang sedikit
sebal dengan dia (aslinya gak gitu sih, iseng aja biar dia ribut sendiri,
hehe), hiperaktif-lah katanya, ADHD-lah katanya, autis-lah katanya tetapi dia tidak
pernah meninggalkan saya. Kita tetap duduk bareng meski sedang ‘ngambekan’. Dia
tetap narik sana-sini meski saya sedang sebal. Dan bagi seorang saya inilah teman.
Setiap orang
memiliki prinsipnya sendiri, hal-hal yang dia yakini, maka jangan diganggu.
Prinsip saya sederhana, jangan tinggalkan saya dalam keadaan apapun. Cukup.
Catatan, bagi saya mendiamkan sama arti dengan meninggalkan. Titik.
Berteman
itu adalah saling menasehati. Marahnya teman dalam mengingatkan adalah tanda
cinta. Tak paham kah? “Vi, apa yang kamu takuti?” maka saya jawab : “Berhenti dicintai”.
Mungkin saya akan sakit ketika saya diingatkan dengan cara yang tak
berperikehatian, saya sakit saat sikap saya disalah-salahkan tetapi saya akan
jauh lebih sakit saat semua yang saya lakukan sudah tak ada yang menghiraukan.
Saya dibiarkan melakukan apapun sesuka hati. Ya, saya takut seperti itu, berhenti dicintai.
Berteman adalah
berbagi. Tetapi salah satu harus memulai; sepertinya lebih mudah bukan dengan
meminta tapi memberi. Siapa yang tak sabar belajar, harus sabar dalam
kebodohan. Siapa yang tak sabar dalam bersaudara, maka harus sabar dalam
kesendirian. Maka ketika saya sudah memulai, kelanjutannya saya letakkan
ditangan kalian. Hanya harapannya, semoga apa yang saya mulai segera disadari
sebelum ‘mulai’ itu mengakhiri dirinya sendiri.
Vivi
dan Wulan. Semoga pertemanan kita tetap seperti anak kecil. Tetap bersama meski
sering bertengkar. Segera melupakan ketika salah satunya melakukan kesalahan.
Berbagi meski itu hanya sebesar biji. “Pokoknya
Wulan, yang boleh diem cuma saya, kamu gak boleh apapun alasannya”. Saya yakin,
jika membaca ini dia tidak akan mengatai saya egois, karena dia paham semua
maksud yang saya tuliskan. ^^
Untuk semua teman
yang hatinya telah bertautan. Jangan jadikan dirimu layak untuk ditinggalkan.
Sebab semua adalah pilihan. Untuk terus disayangi atau terpaksa bersendirian.
Memahami maka kau akan dipahami. Sebab temanmu juga manusia yang memiliki titik
jenuhnya masing-masing. Bila ada yang kau tak suka darinya maka ucapkan, sebab
dia bukan malaikat yang dapat membaca hati dan fikiran. Marahnya mereka adalah
perhatian yang menyamar, betapa ia tak ingin kau terperosok lebih dalam. Jika
caranya dalam menyampaikan bagimu adalah kesalahan, maka maafkan. ‘Alim
mengatakan, bukan cara atau orangnya yang harus kau perhatikan, tapi maksud
dari yang ia ucapkan. Bahkan mutiara dari pantat ayampun penuh gizi bila kau
sudi memakan. Bila hatimu sakit berkelanjutan atas nasehat yang diberikan, maka
ada yang perlu diperiksa dalam dirimu. Mungkin ia sedang gersang.
Tulisan
yang ini lebih banyak
menunjuk muka sendiri. Semoga diri ini bisa menjadi temn yang baik.
Untuk semua teman,
Saya tak pernah meminta untuk dipahami maka apabila
tak ada yang memberi arti saya sudah tak kaget lagi. Tetapi bila kau tetap
nekat mencoba untuk mengerti. Inilah saya, dengan sepenuh kekurangannya.
.
Maaf
ya Wulan bila caraku dalam menyayangi sedikit sulit untuk dipahami. ^^
~Aez~
3 komentar:
Siiippp berteman memang harus saling menghargai,
Yaaa itulah aku vii, dengan sgala kekurangan dan kelebihanku (kalau ada),
smoga pertemanan ini bisa membawa dalam kebaikan, amiin ^^
Aamiin... ^^
klo dengan makhluk satu ini, rafi rizha rashida ilmi pye viii,,haha..
Posting Komentar