Bismillah…
Sembari nunggu pakaian saya selesai direndam Do*ny, saya pingin
nyampah dulu disini. Dengan harapan moga-moga ‘sampah’ ini bisa di daur ulang
dan menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi pemirsa sekalian. :)
&&&
Sebagai seorang ‘pemerhati fesyen jalanan’ (Sebentar, pekerjaan
ini baru terbentuk dua detik yang lalu diotak saya. Jadi gak perlu nanya job
desknya gimana karena saya udah pasti bingung buat ngarang jawabannya. hehe)
saya udah gak kuat untuk tidak menuliskan ini. Jadi ampuni saya, untuk predikat
‘memaklumi’ kayaknya bakal hilang karena catatan ini.
Waktu merebak kasus jilboob dengan ciri khas kerudung super pendek
and please see my boob saya gak ikut-ikutan ribet komentar
sana sini, kalem aja dengan khusnudzon si embak memang belum paham makanya make
kayak gitu.
Juga saat para ‘hijaber’ mulai ramai mosting tutorial cara make
kerudung yang jujur dari hati yang terdalam sama sekali gak berminat buat
ngikutin karena ribetnya gak ketulungan. Lah
mikir bisa antri kamar mandi paling dulu dan bisa nyampe kampus tanpa lari-lari
aja udah syukur kok. Lagian kata Pak Mario Teguh wanita yang
tetap cantik dalam kesederhanaannya adalah wanita cantik yang sesungguhnya. :D #tsaahh.
Saat itu meski banyak pertanyaan untuk mbak-mbak ‘hijaber’
tersebut seenggaknya emosi saya masih bisa dikendalikan dengan harapan semoga
setelah banyak yang tertarik make kerudung diiringi juga dengan keinginan
untuk semakin mempelajari tutorial make hijab yang baik dan benar. I^^
Tetapi untuk fenomena yang sebenarnya udah lama saya rasakan ini
izinkan saya untuk sedikit ‘nggrundel’ ya sodara. Kenapa? Karena ini sebenarnya
lebih mengena pada mbak-mbak yang udah paham pentingnya
menutup aurat.
Saat ini kesadaran memakai hijab yang baik dan benar sepertinya sudah mulai disadari.
Dengan banyaknya muncul pakaian muslimah longgar dan kerudung tsantik nan lebar
menutup dada. Ditambah mbak-mbak artis juga mulai banyak yang mengikut
demikian. Makin suka lihatnya. Jadi cantik-cantik mereka. :D
Namun, pemandangan yang ‘meneduhkan’ itu menjadi belingsatan
kembali setelah diperhatikan baik-baik. Apa pasal? Hijab itu ternyata…*dengg… ternyata…*deng deng… ternyataaahh *deng deng deng dengggg… ‘NYEPLAK’ pemirsa. T..T
Longgar sih udah. Tidak nrawang juga udah. Kerudung panjang banget udah. Tapi ya itu, nyeplak. nyeplak disini itu nempel dibadan
kamsudnya jadi kita tetep bisa mengira-ngira si embak ini ‘ukurannya’ segini
atau segini. T..T
Nah, inilah kenapa yang ngebikin saya ‘gak kuat’ untuk tidak menuliskan
tentang itu. Karena saya berkhusnudzon Mbak-mbak yang tsantik nan soleha dengan
pakaian seperti itu adalah mbak-mbak yang udah paham seharusnya make baju yang baik dan benar itu gimana. Hanya tidak disadari jika
ada poin yang terlewat dari itu semua. TIDAK MEMBENTUK TUBUH.
Untuk kasus seperti ini saya cuma
bisa bilang “Mbak, kalau mau
beli pakaian tolong perhatikan bahannya, pliss… ini demi kebaikanmu juga Mbak,
demi kebaikanmuu”. T..T
Karena saat ini yang lagi booming memang pakaian yang bisa bikin nyeplak itu. Dengan warna dan model yang terus
bersaing dari berbagai brand menambah baju-baju jenis itu jadi makin kaya rasa fariasinya.
Ya, menurut saya yang salah terletak pada bahan kainnya. Ada
beberapa kain akhir-akhir ini yang beredar secara brutal dipasaran dan parahnya
digemari oleh para konsumen. Sialnya lagi kemudian digunakan dengan cara
serampangan dan tidak mematuhi aturan pakai yang ada. Tak perlulah saya sebut
jenis bahan tersebut yaa, tar kena tuntut lagi sayanya. Jadi ya monggo saja
para pembaca yang budiman menebak jenis kain tersebut.
Saya tak ingin membahas mengenai aturan berhijab disini, saya
yakin teman-teman jauh lebih paham dari saya. Saya hanya orang yang sedang
belajar dan gak rela kalau dengar “tu
lho liat, mbaknya pake kerudung gede sih, tapi sexi boo. Dalemannya keliatan.”. :’(
Mengenai aturan pakai sebenarnya masih bisa diakali kalau memang
kadung kebeli. Temen-temen saya yang fesyenebel kalau maksain make gamis
berkain nyeplak ini biasanya sebelum make gamis mereka make baju atasan dan rok
tebal didalamnya, baru deh dipakai itu gamis. Ribet
ya? Lha siapa suruh milih
yang ribet. Hehe…
Dann… satu lagi, kerudung… ituu lhooo kerudungg…. Dduuhhh…
sulitnya diungkapkan dengan kata-kata. Terutama kerudung yang langsungan. Gini
deh, kalau make kerudung ngaca dulu yang lama. Perhatikan bagian telinga,
leher, pundak dan dada. Masih membentuk? Juga bagian belakang kepala, ada
jendolannya? Kalau iya. GANTI!!! TITIK
Eh iya satu lagi, yang gamisnya model ada karet dipinggang, pakai setut. Setut? (ikat pinggaaang. Itu aja gak
tau =..=) saya jadi bisa nebak loh itu ukuran pinggang mbaknya berapa, gimana
dong? Yah, mungkin
konsesuensinya kudu make kerudung dibawah pinggang dan memastikan kerutan itu
gak keliatan apa ya.
&&&
Aturan make baju itu simple aja tho sakjane, longgar, gak nrawang, gak
membentuk tubuh dan no tabarruj. Selesai.
Tapi kenapa yang hanya sedikit itu masih terlalu banyak alasan untuk mematuhinya?
Tapi kenapa yang hanya sedikit itu masih terlalu banyak alasan untuk mematuhinya?
Merenung,
Setelah memandang Mbak-mbak tsantik make baju warna warni didepan
sana…
~Aez--