:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Rabu, 09 Oktober 2013

Holiday #4 Part 4 (Memahami)

"Semoga Pemilikku memampukan aku untuk menemukan keindahan dalam kesederhanaan, dan kebahagiaan dari hal-hal yang biasa."


‘Pendaki sejati’ yang mendambakan kemenangan hakiki, melintasi batas-batas dan kebiasaan yang mengungkung, mendobrak kebekuan dan mengeksekusi ide menjadi kenyataan. Bagaimana menjadi matang, tenang, dan menang dalam hidup. Dengan berfikir positif, bertindak kreatif dan menjadi pribadi solutif. Dengan rasa senang, sepenuh ridho, betul-betul rela, semua akan berjalan dengan ringan, mudah, bergairah, bersemangat tanpa dipaksa-paksa. –Pak Solihin

Ridhakan diri pada Allah Rabbul Izzati. Ridha dengan apapun pemberian Allah, ridha dengan bakatnya dan kemampuannya masing-masing, lalu fokus saja pada kelebihan bukan terus menerus menyesali kekurangan. –Renungan-
*** 


Ini adalah cerita Abdullah bin Suwaid al-Manqary tentang Qais bin Ashim didetik terakhir kehidupannya. Qais memanggil ketigapuluh anaknya yang kesemuanya lelaki dan berwasiat.

Qais meminta tabung penyimpan anak panah dan memanggil anaknya yang paling besar, lalu ia berkata “Keluarkanlah satu anak panah dari tabung ini”

Maka anaknya mengeluarkan satu batang anak panah . kemudian Qais berkata, “Patahkan!”

Anaknya pun mematahkan anak panah itu, lalu Qais berkata, “keluarkan dua batang anak panah!”

Anaknya mengeluarkan dua batang anak panah . Qais berkata, “Patahkan keduanya!”

Anaknya mematahkan Kemudian Qais berkata, “keluarkanlah tiga batang anak panah!”

Anaknya mengeluarkan tiga batang anak panah . Qais berkata, “Ikatlah tiga batang anak panah ini dengan tali!”

Maka anaknya mengikat anak panah tersebut. Lalu Qais berkata, “Patahkan!” tetapi anaknya tak mampu mematahkan. Maka Qaispun berkata, “wahai anakku, beginilah kalian apabila bersatu padu. Begitu pula kalian jika bercerai berai.”

Kisah menjelang kematian Qais saya cukupkan sampai disini. Ada yang perlu kita ambil dari kisah tersebut. Seperti anak panah itu, pada dasarnya kita lemah namun menjadi kuat bila bersatu. Sehingga meskipun tak ada yang kita miliki kita dapat menegakkan kepala dengan berwibawa.

Sebaliknya, andaikan seluruh kekuatan dan kelebihan diberikan kepada kita, tetapi hati kita saling berselisih, maka seluruh kekuatan itu tidak ada artinya apa-apa. Kekuatan yang begitu besar tenggelam begitu saja. Mengertikah kamu Vi?

Mengertikah.....

~Aez~
Next Part...
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers