:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Jumat, 27 Desember 2013

Berteman Seperti Anak Kecil



Kawan yang tulus kadang memang lebih menyebalkan dari pada musuh yang menyamar. Bekal utama kebersamaan adalah kesabaran. Sebab kita tahu, berjalan bersama itu jauh lebih lambat dibanding sendirian. Berkawan insan-insan mulia harus disertai kesadaran, bahwa kita selalu harus “sedang menuju” kemuliaan. Bukan telah sampai.


Namanya Wulan, murni ANGGUN alias anak nggunung tulen. Hobinya bolak-balik mudik dan ngadu kalau uang jajannya kurang. guyoon Lan. Selalu sekelas kecuali di mata kuliah Agama dan Sains. Anaknya, subhanallah..... kalau dibuang Bapak Ibunya paling juga gak ada yang mau ngambil. Hehehe *guyon lan, guyooon*

Entah karena apa saya bisa menyebutnya teman. Jika janjian, maka saya harus sudah siap senewen nungguin dia gak dateng-dateng sampai hitungan jam. Bahkan beberapa kali (penghalusan dari kata sering ini) dia ‘lupa’ kalau punya janji dengan saya. “Lan, mengko mantukke nebeng yo?” (Lan, nanti pulangnya nebeng ya?). “Ya” atau “Lan, ntar berangkat ngampusnya dijemput ya”. “Ya”.

Hasilnya? sebuah SMS : “Vii, kowe nengdii? Sory Vi, mau lali, sakiki aku wis tekan kontrakan” (Vii, kamu dimana? Maaf Vi, tadi lupa, skarang aku udah sampai dikontrakkan). *hah, what the...?* Atau “Vivi, sorry Vi, aku lali methuk. Iki wis nang kelas Vi, wis Mlebu” (Vivi, maaf Vi, aku lupa jemput, ini udah dikelas Vi, udah masuk). *ngelus dada*

Belum lagi style-nya yang duh-duh, jogjanan versi overdosis wis. Sukanya apa-apa luamma syekalii. Jadi kata-kata “ayooo laannn, cepet laannn, wis telat ikii” yang berkali-kali hanya akan mendapat satu respon. “Iyo Vii, iyo. Dilit ngkas. Sabar tho”. (Iya Vii, iya. Sebentar lagi. Sabar tho). Bayangpun sodara-sodara, padahal kan saya paling sesuatu sama yang model begini. (-..-) Dan inilah teman saya. :)

Tapi, siapa orangnya yang bisa melebihi sabarnya wulan ke saya.

As you know, saya itu punya model yang ehm, cuek sebenernya. Jadi yahhh, sudah berkali-kali saya katakan, menyentuh hati saya itu butuh perjuuangan, tapi ketika kau telah mendapatkannya maka harus siap dengan segala konsekuensi dari semua itu.

Contoh kecil. (sebenarnya semua dialog lebih banyak menggunakan bahasa jawa, tapi saya malas mengetik dua kali, ndak papa ya). V (Vivi), W (Wulan)

W : Vii, reti ra? (Vii, tau gak?) (pertanyaan yang sering digunakan kalau kita mau memulai cerita)
V : Ra’ (Enggak)
W : ya wes, sini tak kasih tau...
(dan dia akan cerita panjang lebar meski tanpa persetujuan)

Saat dia ‘melupakan’ sesuatu dari saya, biasanya dia bakal sms sesuatu tentang ‘maaf’. Berkali-kali. Tapi:
W : Vi, kowe isih nesu karo aku yo?( Vi kamu masih marah sama aku ya?) sory ya Vii?
V : Enggak
W : Kok sms ku ndak ada yang dibalas?
V : Oh, gak punya pulsa
W : (dari mukanya sih udah kayak mau nelan rumah, hoho)

Suatu kali kita berada diruang microteaching. Dia bawa laptop, dia juga ngadep PC lab. Dan duduk disebelah saya. Tapi anehnya tetep aja ‘ngrusui’ PC yang saya pegang. Nanya ini itu, berkali-kali. Padahal saya kalau mengerjakan sesuatu paling gak bisa kalau disuruh banyak fokus.
V : haissh, itu lo lan mbok pake PC mu.
W : Emoh, belum diinstal aplikasinya..... then, Vivi ini dari mana?
V : (dijelasin sekenanya)
W : *gak dong* bukane bla..bla...
V : iya, ini gini , ini gitu
W : loh, iki kan...bla..bla
V : *gemes* ah, udah. Buka sendiri sana. Gak boleh liat-liat sini! (saya fikir dia bakal ngambek gitu, tapi)
W : emooh...
V : ...

Tapi, siapa orangnya yang bisa melebihi pengertiannya wulan ke saya.

Bukankah teman itu sebenarnya hanya masalah memahami. Dan karenanya kamu tak perlu menjadi orang lain. Tetapi, menginginkan dipahami tanpa mau memahami juga menjadi sebuah kesusahan. Betapa nanti banyak hati akan tersakiti saat kata paham itu hanya bekerja disatu sisi.

Wulan hobi cerita ini itu meski saya sibuk dengan coretan, buku atau laptop ditangan saya. Dan dia tetap bercerita walau terkesan ‘sedang ngomong sendiri’. Tak sebal karena dia mengerti walaupun saya terkesan tak peduli sebenarnya saya menyimak semua yang dia ucapkan.

Wulan yang tak pernah lupa membawakan ‘sekantong kecil’ masakan Ibunya saat idul adha. Meskipun saya sering protes ‘kenapa kok dikit banget’ dia tau kalau sebenarnya saya senang tak kepalang. Paling rapi ketika mencatat materi dikelas yang kemudian sering saya culik karena catatan saya sulit dibedakan antara lukisan abstrak atau diktat kuliah. Tetap meminjamkan sebab paham karena mata ini memang memerlukan bantuan.

Berteman hanya masalah memaafkan. Karena dalam menjaga hubungan bukanlah berebut tentang siapa yang benar, tetapi  dulu-duluan berebut 'saya yang salah'. Jangan sungkan bertanya langsung, bertabayun. Atau kehilangan seratus rupiah untu sms tak masalah asal hati ini tenang. Karena Allah pun melarang hidup dalam bersangka-sangkaan.


Dalam sebuah hubungan, berselisih itu hal biasa. Syaratnya jangan lama-lama. Karena bila ia berkelanjutan akan melahirkan masalah-masalah yang lain. Hebatnya seorang Wulan dibuktikan disini. Meski saya suka diem gak jelas, sedang sedikit sebal dengan dia (aslinya gak gitu sih, iseng aja biar dia ribut sendiri, hehe), hiperaktif-lah katanya, ADHD-lah katanya, autis-lah katanya tetapi dia tidak pernah meninggalkan saya. Kita tetap duduk bareng meski sedang ‘ngambekan’. Dia tetap narik sana-sini meski saya sedang sebal. Dan bagi seorang saya inilah teman.

Setiap orang memiliki prinsipnya sendiri, hal-hal yang dia yakini, maka jangan diganggu. Prinsip saya sederhana, jangan tinggalkan saya dalam keadaan apapun. Cukup.
 Catatan, bagi saya mendiamkan sama arti dengan meninggalkan. Titik.

Berteman itu adalah saling menasehati. Marahnya teman dalam mengingatkan adalah tanda cinta. Tak paham kah? “Vi, apa yang kamu takuti?” maka saya jawab : “Berhenti dicintai”. Mungkin saya akan sakit ketika saya diingatkan dengan cara yang tak berperikehatian, saya sakit saat sikap saya disalah-salahkan tetapi saya akan jauh lebih sakit saat semua yang saya lakukan sudah tak ada yang menghiraukan. Saya dibiarkan melakukan apapun sesuka hati. Ya, saya takut seperti itu, berhenti dicintai.

Berteman adalah berbagi. Tetapi salah satu harus memulai; sepertinya lebih mudah bukan dengan meminta tapi memberi. Siapa yang tak sabar belajar, harus sabar dalam kebodohan. Siapa yang tak sabar dalam bersaudara, maka harus sabar dalam kesendirian. Maka ketika saya sudah memulai, kelanjutannya saya letakkan ditangan kalian. Hanya harapannya, semoga apa yang saya mulai segera disadari sebelum ‘mulai’ itu mengakhiri dirinya sendiri.

Vivi dan Wulan. Semoga pertemanan kita tetap seperti anak kecil. Tetap bersama meski sering bertengkar. Segera melupakan ketika salah satunya melakukan kesalahan. Berbagi meski itu hanya sebesar biji. “Pokoknya Wulan, yang boleh diem cuma saya, kamu gak boleh apapun alasannya”. Saya yakin, jika membaca ini dia tidak akan mengatai saya egois, karena dia paham semua maksud yang saya tuliskan. ^^

Untuk semua teman yang hatinya telah bertautan. Jangan jadikan dirimu layak untuk ditinggalkan. Sebab semua adalah pilihan. Untuk terus disayangi atau terpaksa bersendirian. Memahami maka kau akan dipahami. Sebab temanmu juga manusia yang memiliki titik jenuhnya masing-masing. Bila ada yang kau tak suka darinya maka ucapkan, sebab dia bukan malaikat yang dapat membaca hati dan fikiran. Marahnya mereka adalah perhatian yang menyamar, betapa ia tak ingin kau terperosok lebih dalam. Jika caranya dalam menyampaikan bagimu adalah kesalahan, maka maafkan. ‘Alim mengatakan, bukan cara atau orangnya yang harus kau perhatikan, tapi maksud dari yang ia ucapkan. Bahkan mutiara dari pantat ayampun penuh gizi bila kau sudi memakan. Bila hatimu sakit berkelanjutan atas nasehat yang diberikan, maka ada yang perlu diperiksa dalam dirimu. Mungkin ia sedang gersang.

Tulisan yang ini lebih banyak menunjuk muka sendiri. Semoga diri ini bisa menjadi temn yang baik.

Untuk semua teman,
Saya tak pernah meminta untuk dipahami maka apabila tak ada yang memberi arti saya sudah tak kaget lagi. Tetapi bila kau tetap nekat mencoba untuk mengerti. Inilah saya, dengan sepenuh kekurangannya.
.
Maaf ya Wulan bila caraku dalam menyayangi sedikit sulit untuk dipahami. ^^
~Aez~
Read more...
separador

Rabu, 11 Desember 2013

Jadi Guru



Saya adalah orang yang tak pernah bercita-cita menjadi guru. Bahkan sampai hari ini. Karena bagi saya dulu, kerja begitu-begitu dan begitu-begitu saja adalah membosankan. Ga menantang. Titik.
 
***

Sedikit cerita, dikampus saya itu ada satu program wajib yang disebut pesantrenisasi. Tapi saya lebih senang menyebutnya Rusunawa (Singkatan dari Rumah Susun Mahasiswa deh kayaknya. CMIW). Jadi selama (kalau sekarang) empat hari tiga malam anak-anak baru yang katanya masih lugu tralala itu pada nginep digedung yang disebut rusunawa tadi. Ngapain aja mereka? Nah, selama disana mereka diajar seputar keislaman dasar sesuai dengan tingkatan mereka. Tingkatannya sendiri ada dasar, menengah dan lanjut. Jadi ya belajar tentang fiqh, ngaji, hapalan de es be.

Jaman saya dulu mah beda, rusunawanya 10 hari tapi hanya dari jam 5 sore sampe 6 pagi aja. Jadi malamnya rusunawa paginya kuliah. Kalau dulu masih dicampur sesuai tingkatan. Jadi semua jurusan dijadiin satu. Saat itu barengan dengan anak arsitek, MIPA, hukum, komusikasi sama Ekonomi.  Kalau sekarang kan per fakultas ya. Mungkin biar koordinasinya lebih mudah karena mereka selama 4 hari gak pulang yang berarti gak kuliah juga.

Masih inget banget waktu itu, dikarenakan kami paginya tetap kuliah otomatis gak lepas dari tugas-tugas dong. Jadi gak heran kalau pas sore-sore kita balik ke rusunawa itu bawaannya segambreng. Yang paling heboh ya jelas anak-anak arsitek, bawa maket, tabung dll. Terus kan kegiatan rusunawa malam berakhir jam 22.00. Seharusnya digunain untuk istirahat karena besok paginya kita bakal dibangunin jam 3 an buat tahajud. Tapi tuntutan tugas merubah segalanya kawan-kawan *lebai*. Ketika halaqoh diakhiri maka disanalah kehebohan bermula. Dan seingat saya waktu itu kita lagi UTS apa ya. Jadilah kita bertebaran kemana-mana sesuai habitat dan koloni. Para MIPA sibuk dengan laporannya, anak-anak Arsitek dengan maketnya, ekonomi dan hukum juga ga jelas pada ngapain, dan anak-anak komunikasi sesuai dengan tabiat jurusannya, berissiik. Sedang kami-kami (saya dan teman-teman) ngerjain tugas apaa gitu dan malangnya buku yang dijadikan sumber cuma ada satu. Jadilah seluruh anak PAI numplek disatu kamar. Heboh. Sampe para musrifah (kakak-kakak yang mandu) nyuruh kami diem dan kembali kekamar masing-masing.

Kalau dilihat dari kegiatan diatas bisa diprediksi kan apa yang bakal terjadi dengan para mahasiswa yang lagi kedapatan jadwal rusunawa ini saat dikelas? Yap, bener. Tidur berjamaah. Apalagi dikelas saya yang notabenenya non ecsact. Wiss... dipastikan ditinggal tidur Dosennya.

Lah... malah kepanjangan. Oke skip and back to topik. Nah tadi diatas udah denger kata-kata Musyrifah kan ya. Musyrifah itu gampangny adalah kaka-kakak pemandu yang ngebantuin adek-adek buat belajar ngaji dan hafalan. Satu Musyrif/ah memandu satu halaqoh. Sedang satu halaqoh itu sendiri terdiri dari sekitar 10 orang. Biar lebih intensif gitu. Dan saya terdaftar menjadi salah satu dari mereka. Tau tuh, pas tes kok ya lulus. J

Nah Musyrif/ah itu juga mandunya terjadwal. Ketika ada Rusunawa kita bakal dapat calling dari koor-nya. Saya sendiri juga lupa sudah berapa kali kedapatan jadwal mandu. Bahkan saking banyaknya sampe lupa siapa aja yang pernah jadi adek panduan saya. Maklum orang sibuk, jadi gak sempet nginget-nginget begituan. hehe

Meskipun saya suka melupakan adek-adek panduan saya ini hebatnya mereka tidak. Alhasil sering banget dijalan ada yang hai-hai atau da da – da da dan reflek tak jawab hai atau da-da balik tapi setelahnya mikir ; “itu tadi siapa ya” #gubrakk

Kejadian ini kurang lebih seperti itu juga. Waktu itu saya lagi jajan di syar’i Mart (mini marketnya kampus saya). Nah setelah bayar dikasir dan puas ngecengin Mba-mbanya sayapun siap-siap keluar. Pas didepan pintu tiba-tiba aja “Mbaaak Viviiii”. Saya noleh. Ada adik cantik, putih, manis #hallah lari-lari kearah saya. Saya nyengir doang waktu itu. Sambil mastiin juga kalau yang dipanggil emang beneran saya. Langsung pas udh deket dia langsung heboh sendiri. Lupa gimana dialog pastinya, tapi kira-kira gini ;

Si adik cantik, putih, manis (A), Saya (V)
A         : “Mbaa Viviii tadi aku bisa test ngajinyaaa” (sambil mukanya sumringaah banget)
V         : “Oh ya” (masih tampang oon)
A         : “Iyaa Mbaak, ya Ampuun Mbaak. Aku seneng bangeet” (sambil megang tangan saya saking exitednya)
V         :” waah... selamat kalau gitu yaa” ^^ (baru ngeh, ini adek panduan saya tadi malam ternyata. Parah, udah  main lupa aja :D )
A         : “Iya, makasih bangettttt lo Mbaak. Aku cuma ngikutin yang Mbak bilang. Padahal aku takut banget Mbak pertamanya. Pas masuk aku disuruh ngaji. Ngajinya kayak yang mbak ajarin itu. yang awal suratnya alif lam mim itu, untung aja gak aku baca a-la-ma lagi. hehe. Terus pas hafalan surat-surat aku cuma disuruh baca yang paling panjang yang aku hafal. Gak dipilihin Mbak. Jadi aku baca Ad-dhuha yang diajarin sama Embaak. Maksih banget pokoknya Mbak. Makasih udah ngajarin aku ngaji. Doain lulus ya Mbak”. (Adeknya ngomong cepet banget, saking senengnya jadi gimanaa gitu. :D)
V         : “Iya, selamat ya...”
A         : “Iya Mbak. Pokoknya makasih udah ngajarin aku ngaji. Aihh... sini peluk dulu sama aku mbak. (tiba-tiba dia main peluk-peluk aja, saya yang spechless, ditambah tangan kanan bawa belanjaan dan yang kiri nenteng fotocopian bikin saya ga bisa bales pelukan dia. Jadi bisa dibayangin lah, ditambah didepan umum jadi pada diliatin gitu, hahah).
Ya udah ya Mbak, aku mau kuliah dulu. Dada Mbaakk.”
V         : “iya” *masih speechless*


***

Setelah itu entah kenapa dada saya rasanya dingiiinnn banget. Berasa gimanaaa gitu. Pokoknya aneh. Entah kenapa saya jadi seneng (serius) waktu denger dia jadi bisa ngaji. Waktu dia bilang makasih karena udah diajarin. Saya jadi merasa berguna gitu. Pokoknya seneng. #bingung.

Besoknya saya jadi semangat buat kuliah. Oh iya FYI saya kuliahnya di jurusan yang punya embel-embel PENDIDIKAN. Ah pahamlah maksud saya. Meskipun saya belum bilang kalau saya udah pingin jadi guru tapi yang pasti sekarang saya jadi seneng buat belajar dan menularkan apa yang saya bisa ke orang lain.

Dulu saya paling ga suka dan ga berani kalau disuruh ngisi halaqoh atau yang sejenisnya. Sekarang dikit-dikit udah mulai mencoba, bahkan meski masih takut-takut saya nekat bilang ke Mas Ali (Bos saya di divisi sebuah organisasi yang saya ikuti) kalau biar saya yang megang adik-adik 2013. Juga bilang ke Mas Izar (Partner kerja didivisi yang sama) buat gak usah nyari pendamping buat mereka. “Pokoknya saya dulu aja yang megang. Saya bakal belajar kok. InsyaAllah, boleh ya”. Dengan muka yang masih rada speechless mereka jawab “Coba dari dulu kayak gini, Mbak...mbak...” Walaahhhh.... ternyata. (gantian saya yang spechless). Terimakasih buat kalian yang udah selalu mendukung dan percaya.

Setelah kejadian itu saya mikir. Saya itu punya Allah yang tidak pernah salah dengan ketetapannya. Dia punya sejuta cara untuk memberikan yang terbaik untuk hambanya. Ketika dulu saya tak ingin menjadi seorang guru dan mati-matian belajar untuk jurusan yang saya senangi waktu itu, Allah malah melempar saya kesini. Disatu jurusan dan Universitas yang bahkan secuilpun tak pernah terbesit difikiran saya.

Ketika saya masih bimbang dan benar-benar bimbang, Allah mempertemukan saya dengan Ulil Albab yang luar biasa ini. Ketika saya benar-benar hampir jatuh, Allah kirimkan sebuah pesan bahwa saya diizinkan untuk menjadi anggota keluarga di masjid ini. TMUA. Dipertemukan dengan orang-orang hebat disini. Hingga kaki ini masih kuat melangkah menekan ego untuk terus belajar ditempat ini.

Ketika saya sedikit terjatuh, Allah pertemukan saya dengan teman-teman dari Indonesia Mengajar. Belajar dari mereka yang penuh inspirasi itu. Membuat api semangat saya yang sempat hampir padam, berkobar kembali.

Lalu saya dipertemukan dengan adik cantik, manis, putih tadi. Yang bahkan sekarang saya sudah tidak ingat lagi dia yang mana. Allah mengirimkan sejuta rasa yang kembali membuat saya berfikir. Dan saya selalu percaya Allah tak pernah salah dengan semua ketetapan dan caraNya. Itu PASTI yang terbaik untuk saya.

Allah itu gak pernah berhenti ngasih banyak hadiah, ngasih banyak kejutan buat kehidupan saya.
Hidup saya jadi semakin berwarna, hidup saya jadi semakin indah, hidup saya semakin penuh sama surprise surprise yang Allah kasih, yang bisa bikin saya nangis-nangis saking senengnya.


Hidup itu indah, klo kita selalu bersyukur...
Hidup itu akan semakin di penuhi keberkahan dengan surprise dan hadiah-hadiah yang gak kita sangka dari Allah, karena kita selalu berprasangka baik sama Allah.
Hidup itu berwarna, karena saya selalu punya Allah yg selalu mewarnai hidup saya dengan begitu kerennya :)
Terima Kasih Allah karena selalu berada di sisi saya. :)


Tetap berikan yang terbaik dan jangan bosan untuk terus mengingatkan dan menyemangati dengan caraMu ya.

-Dari hamba-Mu yang sangat-sangat-sangat percaya kepada-Mu
--Vivi


Penutup:
“Boleh jadi apa yang kamu senangi adalah buruk bagimu, sedang yang tidak kamu inginkan mengandung banyak kebaikan didalamnya. Allah tau yang kamu tidak tau. Dan Allah tak pernah salah. Catat itu Vi!!!”
Read more...
separador

Jumat, 06 Desember 2013

(Kapan) Aez Jatuh cinta (?)



Akhirnya bertemu juga dengan moment dikasih undangan lengkap dengan ucapan “kapan nyusul?”. Haisshh.. gini toh rasanya. *nyengir* (lupakan bagian ini)
***

Katanya, setiap orang pasti merasakan jatuh cinta meski tah kapan. Dan rasa itu tak bisa diprediksi, diundang apalagi dipaksa kedatangannya. Jadi suka-suka dia aja. Tapi bagi saya pertanyaannya ya tetap, kapan?

Saat ini saya cukup penasaran dengan dua kata diatas. Diatambah sohib-sohib tercinta juga udah makin rajin curhat sana sini nyeritain si A, si B atau 'seseorang'. (Maklum, katanya sih penganut pacaran pas udah nikah. Tapi masih pada labil, jadinya begitu deh -..-) Haahhh... rasanya itu kok kayak full sensasi banget. Sebentar seneng, setelah itu galau, terus seneng lagi, lalu galau lagi. Buat hidup lebih berwarna agaknya. Hehe... Belum lagi ekspresi yang ditunjukkan, beeuhh... bikin ngiri. Jangan bayangkan sohib-sohib saya ini tipe yang pada ngerti kalau suka sama orang itu cukup-kamu-dan-Allah-yang-tau kayak temen-temen asrama saya ya, kalau mereka mah solih-solihah semua. #uhuk . Jadi saya tau banget waktu mereka jejingkrakan ketika ndak sengaja ketemu sama si do’i. Atau sekedar kejadian-kejadian kecil gak penting tapi herannya bisa bikin mereka ketawa-ketawa geje seharian. Lebih parah sekedar denger atau kesebut namanya aja udah bisa ngebikin si embak tersenyum semanis itu. Arrgghhh... How it can do? *nyakarin tembok*

Herannya, kenapa pula mereka hobi sekali cerita kayak begituan kesaya, dan lebih parahnya lagi dimintain pendapat pula. Maksudnya apa coba? Mau nyindir? Atau ngetes? Ha? Atau mau pamer-pameran? Kalem Vi, kaleem. *emosi*. Karena sampai saat ini saya masih setia duduk dikursi pendengar karena memang belum ada satu sosokpun yang bisa diceritakan. Ishh... padahal pengen banget ketularan. T..T.  Jadi jangan salahkan bila solusi yang saya berikan selalu pake katanya, katanya dan katanya yang kemudian terkesan seenaknya dan tak berperasaan. Mahaha...

Vii... aku suka sama itu. Gimana?
Nikahin, kalau gak lupakan. Simpel kan. *setelahnya saya memar-memar karena mau dibunuh sama mereka”
Oh iya FYI, orang yang lagi kasmaran itu cenderung anarkis sodara-sodara. Jadi hati-hati.
“Enak banget nyuruh lupain-lupain, dipikir semudah itu. Kamu tu gak ngerti banget sih sama hati dan perasaanku” kemudian saya jejeritan dalam hati “HELLOOO.... EMANGG SAYA GAK TAUUU”

Ah, tapi setidaknya yang ‘katanya-katanya’ tadi nurut Katanya Allah kok. Jadi kalau mau marah ya sama Allah sana kalau berani. Jangan malah saya yang ditabokin dan dicap tak berperasaan. *ding :’(

Oh iya, saking penasarannya, pas millad kemarin sampe punya satu misi aneh. Pokoknya umur segini pingin ngrasain jatuh cinta yang kayak mereka itu (yang jatuh cinta beneran loh ya (jangan tanyakan beneran disini maksudnya kayak gimana, saya juga gak paham), jadi bukan cuma sekedar kagum atau suka, hoho) biar saya lebih ngerti gimana perasaan mereka waktu lari-lari kemudian narikin tangan saya cuma mau bilang “Viiii tadi aku ketemu ini loooh” dengan wajah senyum 10 jari. Atau kalau nggak, setidaknya paham kenapa mereka bisa bengong selama dikelas cuma karena hal-hal yang menurut saya itu sepele banget. Karena selama ini ketika mereka menceritakan sebabnya saya hanya bisa mangap atau pingin nabokin mereka sambil bilang “Ya Ampuun, kayak gitu aja penting banget kaaahh?” *yang berefek saya memar-memar lagi”

Tapi apa mau dikata, bahkan sampai hari ini misi ini belum ada tanda-tanda akan sukses, hati saya masih lempeng-lempeng aja tuh. *hela nafas* Fffyuuhh,,,,

Tapi akhirnya saya berkhusnudzon dengan memikirkan ‘kemungkinan-kemungkinan’ maksud Allah ke saya.
Mungkin Allah belum mengizinkan saya merasa yang seperti itu karena memang belum pantas untuk diberikan. Masih kecil, ndak ming gur galau terus. Atau mungkin yang kedua, Allah membiarkan saya seperti ini biar jadi tumbal temen-temen yang kalau cerita suka gak kira-kira itu. Biar setidaknya angka bunuh diri akibat aku-lagi-suka-sama-seseorang sedikit berkurang dengan membiarkan mereka membuang racun galaunya pada saya yang lugu ini. Atau bisa juga mungkin yang ketiga, Allah mau ngajarin saya dari pengalaman teman-teman ‘yang namanya jatuh cinta (sama lawan) jenis itu kayak gini lho Vi..’ jadi pas udah ngalamin gak kaget dan udah paham dan gak ikut-ikutan bunuh diri. Atau bisa juga mungkin yang terakhir, Allah membiarkan saya menjadi media pendengar biar pengetahuan saya makin luas. Kan prinsipnya “kisah kalian adalah inspirasi saya”. Wahaha... jadi yang suka suudzon sama twit, blog, atau tulisan-tulisan aneh lainnya yang pada nyangka saya lagi kasmaran itu terpatahkan. Hei inget, kita nulis tentang makanan bukan berarti kita sedang lapar kan? :D

Ahhh... namun pada akhirnya saya merasakan manisnya punya hati seperti ini kok. Disaat temanmu galau dan menceritakan tentang ini itu, disaat saya merasakan bahwa dia mempunyai rasa yang berbeda dengan si dia, saat akhirnya ada pengakuan cinta, setidaknya saya bisa menjadi pendengar yang baik, memberikan solusi (meski banyak ngawurnya) atau mungkin sekedar menghibur dengan tulus. Bukan setengah hati karena ada suatu sebab.

Tapi terlepas dari itu semua yang terpenting adalah SAYA BISA NGE-GODA-IN MEREKA SEPUAS HATI SAYA. Mahahahahahahahahahahaha... #Plak
Maap yak yang sering tersakiti arena ulah saya yang satu ini. Ga tau nih, kadang kalau jahilnya kambuh jadi suka kelepasan, soalnya rasanya itu puasss banget waktu ngeliat mereka salah tingkah begitu, hehe..

Ya, saya bersyukur memiliki hati seperti ini, karena bukankah akan lain lagi ceritanya andaikan saya udah memiliki rasa yang berbeda dengan seseorang. Mesti jadinya bakal gak seru lagi. Saya kan pencemburu berat. Padahal bisa saja orang yang saya suka juga merasakan hal yang sama pada saya, tetapi karena saya tau ada juga yang menyukainya, tabiat buruk saya suka reflek muncul, langsung kabur dan mundur teratur. Hehee...

Atau kalau tidak, pasti sakit rasanya saat dengan heboh temanmu menceritakan seseorang yang ia suka padahal seseorang itu telah berada dalam hatimu untuk waktu yang lama. Iya kan? Makanya, sekarang saya bahagia dengan kondisi hati yang seperti ini. Karena dengan demikian saya bisa berdo’a dengan sepenuh hati dan dengan setulus-tulusnya pengharapan. Semoga Allah memberikan yang terbaik dengan skenario terindah untuk kisah hati mereka dan berharap agar semua berakhir dengan bahagia. Sedang dalam artian lain misi tadi resmi dicoret. Ga usah dipikir, tar juga dateng sendiri. ^^

Ah iya, katanya jatuh cinta itu masalah hati kan, maka tak heran pabila saya tak kunjung merasa jatuh cinta.  karena bagi saya ketika masih berada pada kondisi seperti saat ini lebih baik tidak menyimpan satu namapun didalam hati, karena bukankah sifatnya hati itu terbolak-balik? Maka cukuplah saya menyimpannya didalam do’a, sebagai tanda rindu, sebagai tanda cinta. ^^

Selain itu saya tidak ingin mengotori rasa cinta yang dianugerahkan sama Allah bersifat suci ini, kerena ketika saya sudah memutuskan untuk mencintai saya inginnya berkomitmen dengan cinta itu sendiri. Tetap mencintai meski apapun yang terjadi.

Itulah kenapa saya hanya menyimpannya didalam do’a. Agar Allah bebas berkehendak disana, biar Allah yang memutuskan semua, biar Allah yang memberikan jalan terbaiknya, juga biar Allah tau kalau saya tak suka bila ada orang lain menyebut-nyebut namanya.

Itulah kenapa saya tak menyimpannya dalam hati, karena bila saya berbuat demikian ia akan tercampur ego dan emosi. Bisa saja saya menjadi tak lagi mencintainya karena beberapa hal yang bahkan jelas-jelas itu hanya bersumber dari nafsu dan ego yang memang bermarkas disana. Selain itu, karena hati ini memang hanya dipersiapkan untuk seseorang yang akan menyandang gelar suami dalam hidup saya nanti. Yang bisa saya cemburui dan sayangi sepuas hati, yang memang tak berdosa bila namanya berada disana dan yang terpenting ada ridha Allah menyertai. Ya kan sayang...?  #plak #plak #plak



Jatuh cinta,
Ah, rasa itu pasti datang kok...
Dan jika bukan untuk orang lain, ya pasti kamu. ^^

-Aez-
Read more...
separador
Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers