:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Kamis, 22 Januari 2015

N Titik

Apa kabar Iman?
Masihkah iya teguh mencontoh karang, yang justru semakin kuat ombak menerjang semakin membuktikan keteguhan dalam kebisuan.

Apa kabar Iman?
Akankah kemudahan teranggap sebagai kesempatan ataukah sebuah paradoks yang seharusnya diinsyafi sebagai cobaan. Sungguh, ini bukan tentang seberapa besar prestasi ibadah yang dilakukan, tetapi seberapa kecil dapat menghijabi dirinya dari kemaksiatan kepada Allah nan pemberi ujian.

Apa kabar Iman?
Masihkah terpatri bahwa segala yang terjadi adalah sebuah suratan. Tidak pernah keliru apalagi sebuah kesalahan. Lupakah bahwa yang merancang skenario adalah Tuhan pemilik Alam. Semoga teringat bahwa sabar dan syukur adalah sebaik-baik akhlak yang pantas ditunjukkan.

Sudut Ulil Albab
Pada Jum’at diwaktu Dhuha

~Aez--
Read more...
separador

Minggu, 18 Januari 2015

Holding

Perasaan saya jadi kacau setelah mendapat jawaban yang diucapkan seperti tanpa berfikir itu. Padahal sesaat sebelumnya otak usil sayalah yang mendominasi dimulainya pertanyaan tersebut. Awalnya saya ingin menggoda (seperti biasa) setelah membiarkannya ‘memainkan’ sebelah telapak tangan saya untuk beberapa saat. Dibayangan saya diapun akan membalas sama absurdnya.


***

Diambilnya sebelah tangan saya. Dipegang sana sini, ditimang-timang, dipukul-pukul pelan. Ini anak hobi banget kayak begini. Dimasukkan jari-jarinya diantara jemari tangan saya. Kita jadi seperti anak TK yang mau nyanyi pentas seni, bergandengan dengan tangan saling genggam.  Emm… mau kena dia kayaknya. Digoyang-goyangkannya pelan.

“Dek, emang kalau megang tangan Mbak berasa megang apa?”
Saat otak sudah mempersiapkan amunisi ejekan paling abstrak untuk menembak jawaban dia nanti.

“Tangan Ibuku”

Deg..
Spontan. Jawaban singkat yang dilontarkan sembari tersenyum.

Sedetik, dua detik..

Ya Tuhan, perasaan apa ini…

“Haissyyhh… sudah. Jangan sentuh-sentuh.”

Narik tangan, pergi dari situ.

...

Dasar #cengeng…
***


Bolehlah kita mengaku yang paling merindu,
Akan perjumpa’an, akan sebuah pelukan.
Namun hilangkan kata maha sombong –paling-  itu bila orang yang dimaksud masih bisa kita lihat meski dari kejauhan, atau kita dengar suaranya dalam diam.

Karena,
Apalagi yang lebih menyakitkan untuk rindu yang telah kita ketahui pasti tak memiliki ujung dalam bentuk sebuah pertemuan?


Aez--


Read more...
separador
Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers