Surga
dunia adalah duduk sendiri ditemani hujan. Pada malam hari meski tanpa bintang,
tanpa bulan apalagi kunang yang nyata-nyata takkan ada karena telah
mempersilahkan hujan. Setelah menanggalkan tas dan segala beban yang ada
didalamnya. Setelah seharian berjuang demi angka tiga koma. Menyeduh minuman
hangat walau kadang tak untuk diminum. Hanya sebagai alasan untuk tetap
terjaga. Menunggu dingin sebagai teman bercerita.
Hey,
pernahkah kau mendengar kisah tentang orang yang terjebak dengan perasaannya sendiri?
Ada buncahan suka disana yang nanti secara teratur dan tiba-tiba akan disadari
bahwa itu semua akan menenggelamkan mereka dalam kesemuan. Merasakan apa-apa
yang tak pernah ada. Atau ada, tapi tak sebesar yang disangka. Lantas malu pada
dirinya sendiri, perasaan yang tak tau apa-apa itu dibunuh, mati lalu dikubur.
Tapi, tahukah kamu, bahkan semua reaksi sederhana itu tak semudah saat
dituliskan.
Bagi
mereka yang sedang terjebak dengan perasaannya, bertemu, tak sengaja bersitatap
sepersekian detik bisa menjadi sumber lahirnya tafsiran-tafsiran yang sering
membuat buncah. Sebuah pemberian, serangkai SMS sudah cukup mencipta selengkung
senyum dengan sejuta alasan yang ada dibaliknya. Padahal, mungkin, semua alasan
itu hanya ada dalam kepalanya. Utopis.
Kasihan
memang mereka yang sedang terjebak dalam rasa yang dibuat oleh dirinya itu.
Jika suatu hari Tuhan mengujiku dengan hal seperti ini maka pilihanku adalah
membuat perasaan itu mati. Tak peduli bilapun sebenarnya ia nyata. Rasa itu
sebenarnya memang ada, baik dikepalaku atau pada dirinya.
Ah,
tapi buat apa aku bercerita ini. Menghabiskan waktuku pada malam dengan hujan
yang tak selalu bisa kunikmati sendiri.Hanya saja, perasaan yang amat kubenci
itu, katanya bisa saja mampir pada siapa saja, termasuk aku.
Dan
katanya juga, sekuat apapun mengelak
aku takkan mampu.
Merinding…
***
_Aez--
Posko SL-26
0 komentar:
Posting Komentar