“Kenapa ya, kadang
orang itu gak sadar kalau sedang ditunggu?”
***
Mungkin
orang-orang terdekat sudah sering dengar saya nyeletuk demikian. Hehe ndak papalahya… dan setelah melihat,
menakar dan menimbang saya jadi iseng ingin mengklasifikasi tingkatan menunggu
ini, baiklah langsung aja :
Menunggu Stadium
Satu
Ini
adalah kasta terendah dalam hal menunggu, contohnya waktu kita mau berpergian
dengan teman, ketika kita sudah selesai bersiap tapi teman kita masih juga
belum selesai dandan.
Kita
menunggu, tapi jelas apa yang kita tunggu, kita juga bisa berinteraksi dengan
yang kita tunggu dan yang terpenting yang ditunggu sadar jika sedang ditunggu. Kalau
begitu kasusnya kita masih bisa melampiaskan dengan cara nggedorin kamar mandi
atau terus-terusan neriakin Jam. Ya kan?
Pada tahap ini kita mungkin kesal, tapi setidaknya kesal yang tersalurkan.
Hehe…
Stadium
Dua
Yang
udah pada skripsi atau KP mesti pernah ngrasain. Sms tempat penelitian tak
kunjung dikonfirmasi. Konsultasi lewat imel gak dibalas-balas. Curhat lewat
chat yang diajak curhat gak O-el-o-el. Disini kita jadi ngecekin
HP, inbox, imel terus-terusan. Gadget jadi benda keramat yang harus dibawa
kemana-mana.
Pada
tahap ini biasanya kita tidak punya pilihan selain menunggu jawaban terlebih
dahulu baru bisa move ketempat yang lain. TAPI jika masih pada tahap ini kita tetap
bisa bersyukur karena setidaknya kita tau apa yang kita tunggu meski harus
sabar atas jawaban, karena yang terpenting adalah kita sudah
menyampaikan bila kita sedang menunggu. That’s the point.
Stadium Tiga
Ini
adalah kelas tertinggi dalam klasifikasi menunggu versi Vivi. Pada tahap ini
kita tau apa yang kita tunggu, tapi kita tak punya kuasa atau terlalu malu
untuk mengakui jika sedang menunggu. Sialnya lagi, yang kita tunggu tak pernah
tau jika sedang ditunggu. Parah.
Kita
seperti sedang berjudi dengan nasib. Pada tahap ini perasaan kadang jadi lucu
sendiri, mau marah nggak tau siapa yang bisa disalahkan. Mau terus menunggu
kita tak punya jaminan apakah ini akan berakhir seperti yang diharapkan. Sedang
jika ingin berhenti berharap sama saja seperti membohongi perasaan sendiri.
Vivi
pernah ngrasain ini? Pernah. Contohnya?
Waktu berharap kiriman datang ditanggal Tua, haha (Bapak saya biasanya nransfer
pas tanggal muda sodara). Pokoknya sakitnya tu disini (nunjuk dompet).
***
“Menunggu
itu menyakitkan, meninggalkan juga
Tapi
lebih menyakitkan lagi saat kita gak tau harus menunggu atau meninggalkan…”
------
Dalam proses Menunggu
Stadium 2
~Aez--
~Aez--
1 komentar:
Bersyukurlah vi masih dalam stadium dua km nunggu nya, hhe #kata orang bijak
Posting Komentar