:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Selasa, 03 Februari 2015

MENUNGGU


“Kenapa ya, kadang orang itu gak sadar kalau sedang ditunggu?

***

Mungkin orang-orang terdekat sudah sering dengar saya nyeletuk demikian. Hehe ndak papalahya… dan setelah melihat, menakar dan menimbang saya jadi iseng ingin mengklasifikasi tingkatan menunggu ini, baiklah langsung aja :

Menunggu Stadium Satu
Ini adalah kasta terendah dalam hal menunggu, contohnya waktu kita mau berpergian dengan teman, ketika kita sudah selesai bersiap tapi teman kita masih juga belum selesai dandan.

Kita menunggu, tapi jelas apa yang kita tunggu, kita juga bisa berinteraksi dengan yang kita tunggu dan yang terpenting yang ditunggu sadar jika sedang ditunggu. Kalau begitu kasusnya kita masih bisa melampiaskan dengan cara nggedorin kamar mandi atau terus-terusan neriakin Jam. Ya kan? Pada tahap ini kita mungkin kesal, tapi setidaknya kesal yang tersalurkan. Hehe…

Stadium Dua
Yang udah pada skripsi atau KP mesti pernah ngrasain. Sms tempat penelitian tak kunjung dikonfirmasi. Konsultasi lewat imel gak dibalas-balas. Curhat lewat chat yang diajak curhat gak O-el-o-el. Disini kita jadi ngecekin HP, inbox, imel terus-terusan. Gadget jadi benda keramat yang harus dibawa kemana-mana.

Pada tahap ini biasanya kita tidak punya pilihan selain menunggu jawaban terlebih dahulu baru bisa move ketempat yang lain. TAPI jika masih pada tahap ini kita tetap bisa bersyukur karena setidaknya kita tau apa yang kita tunggu meski harus sabar atas jawaban, karena yang terpenting adalah kita sudah menyampaikan bila kita sedang menunggu. That’s the point.

Stadium Tiga
Ini adalah kelas tertinggi dalam klasifikasi menunggu versi Vivi. Pada tahap ini kita tau apa yang kita tunggu, tapi kita tak punya kuasa atau terlalu malu untuk mengakui jika sedang menunggu. Sialnya lagi, yang kita tunggu tak pernah tau jika sedang ditunggu. Parah.

Kita seperti sedang berjudi dengan nasib. Pada tahap ini perasaan kadang jadi lucu sendiri, mau marah nggak tau siapa yang bisa disalahkan. Mau terus menunggu kita tak punya jaminan apakah ini akan berakhir seperti yang diharapkan. Sedang jika ingin berhenti berharap sama saja seperti membohongi perasaan sendiri.

Vivi pernah ngrasain ini? Pernah. Contohnya? Waktu berharap kiriman datang ditanggal Tua, haha (Bapak saya biasanya nransfer pas tanggal muda sodara). Pokoknya sakitnya tu disini (nunjuk dompet).
***

“Menunggu itu menyakitkan, meninggalkan juga
Tapi lebih menyakitkan lagi saat kita gak tau harus menunggu atau meninggalkan…”

 ------


Dalam proses Menunggu Stadium 2
~Aez--
separador

1 komentar:

Noer Suci Wulandari mengatakan...

Bersyukurlah vi masih dalam stadium dua km nunggu nya, hhe #kata orang bijak

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers