:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n: :o: :p: :q: :r: :s: :t: :u: :v: :w: :x: :y: :z: :1: :2: :3: :4: :5: :6: :7: :8: :9: :10: :11: :12: :13: :14:

Welcome In my blog

"Kata-kata bisa mengobati atau melukai, memberikan harapan atau merampasnya"

Aez Quote

Not trial and error but trial and learn

Total Tayangan Halaman

Lokinfo

Translate

Tag Cloud

Entry Populer

Kamis, 23 Mei 2013

Iustisia Alegori


“Mukmin ialah cermin bagi mukmin yang lain. Jika didapati bayangan itu bercela, maka yang pertama harus dibenahi adalah dirinya sendiri nan sedang bekaca”

Itu adalah catatan entah dari mana dan entah kapan dibuku orek-orekan lama saya yang tanpa sengaja terbaca kembali dan karena beberapa kalimat itu pulalah yang membuat saya ada ditempat itu dan catatan ini ada.
***

Disebuah sore yang mendung, saya bermotor ria untuk menemui seorang teman. Setelah sampai, lalu saya ngglosor begitu saja dikamar sempitnya.

Dia teman yang cukup dekat bila diukur dari pengetahuannya tentang baik-buruknya saya. Hingga senja menjelang, saya masih belum bergerak dari tempat dimana saya duduk sejak awal datang tadi. Masih tekun menyimak jawaban dari pertanyaan yang saya lontarkan beberapa puluh menit yang lalu. Sedang dia dengan santainya nyerocos sambil tiduran dengan mata tak lepas dari TV yang sedang menayangkan infotaiment dan sesekali melempar kacang dari toples kemulutnya. Tanpa beban dan sangat tidak sopan. haha

Sampai akhirnya ia berhenti dan menoleh saat saya sela dengan pertanyaan retoris penuh ragu. “Emmm kok banyak banget sih? Masak kayak gitu tho?”

“Ah elah, emang lu pikir, lo itu udah baik?” lalu kembali menekuni aktifitas memasukkan sampah kekepalanya. Nonton infotaiment.

#jlebb
Benar-benar tidak sopan anak satu itu. (-..-)

*But She is relly my closed friend #hug (^0^)/
***

Selama ini tanpa kita sadari seringkali kita menyalahkan keadaan. Mengkritik tanpa punya solusi. Berkata-kata seolah diri adalah yang paling benar atau patut dikasihani. Menuntut pengertian tanpa sedikitpun memberi. Lebih celaka ketika merasa lingkungan adalah masalah tanpa berniat melihat mungkinkah sebenarnya diri ini masalahnya.

Status fesbuk seorang teman, ia menuliskan; “Ketika anda mencari kebenaran. Bersiaplah..... ia tidak mengenal teman. Ia akan menyerang siapa saja yang menghalangi cahayanya termasuk harga diri dan prinsip hidup anda. Maka persaksikanlah ketika anda meninggalkan KEBENARAN demi PEMBENARAN harga diri dan prinsip hidup anda”
-Mas Josa-

Begitulah kebenaran. Kebenaran yang terkadang terasa menyakitkan. Terutama bila kebenaran itu datang dari kekurangan diri sendiri. Kebenaran bahwa ternyata diri ini begitu banyak membutuhkan pembenahan. Kebenaran bahwa ternyata dalam diri ini masih bertumpuk keburukan. Dan lihatlah, betapa sering kita melakukan pembenaran demi haga diri bahkan saat kebenaran itu nyata adanya. Kita tidak terima dan terus tidak terima. Pertanda betapa hati itu begitu keras dan jauh dari cahaya. Karena hanya hati yang lembutlah yang dapat dimasuki oleh kebaikan.

Satu kelebihan yang dimiliki manusia yaitu mudah sekali mencari cela orang lain namun sulit membaca apa yang terjadi pada diri sendiri. Maka dari itu jangan heran ketika kita merasa bahwa kita ‘baik-baik saja’ tetapi orang lain dapat melihat bahwa sebenarnya kita sedang berada dalam masalah. Ya memang benar, orang lain hanya melihat kulit dari struktur diri kita. Jadi jangan tersinggung bila terkadang yang mereka nilai tidak selalu tepat. TAPI, CATAT! yang menilai diri kita adalah orang lain. Sebaik apapun sangkaan kita pada diri ini namun tetap pandangan orang lainlah yang memiliki hak untuk menilai KITA ITU ORANGNYA SEPERTI APA. Maka bila ada suatu kebenaran tentang diri kita entah apapun itu janganlah terburu-buru menyimpulkan. Bila kebenaran yang datang adalah kebaikan, jangan cepat berpuas karena yang mereka lihat hanyalah kulit. Namun bila kebenaran yang datang adalah keburukan jangan pula gegabah melakukan pembenaran karena memang masih seperti itulah diri kita dimata orang lain.
 
*Jleebbbbbb....
Bila suatu saat datang suatu kebenaran tentang diri kita, artinya ya masih seperti itulah kenyataan dan fakta tentang kita dimata orang lain dan yang orang lain rasakan. Jangan marah. Karena sebenarnya, ibarat kaki yang tertusuk duri, maka rasa sakit itulah kebenaran. Tanpa rasa sakit itu kita tidak pernah tahu bahwa ada duri bersarang pada kaki kita yang diam-diam menjadikannya infeksi dan membuatnya membusuk.

Begitulah rasa sakit bekerja, membuat tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kaki kita hingga kemudian kita dapat mengetahui lalu mengambil tindakan untuk menghilangkan duri tersebut dan mengobatinya. Rasa sakit itu adalah kebenaran. Dapat berupa nasehat ataupun kritik dari orang-orang yang berada didekat kita, kaki itu sebagai pernisbatan diri kita dan duri itu adalah keburukan. Keburukan yang diam-diam bersarang. Maka dapat dibayangkan apabila rasa sakit (kebenaran) itu tak (kunjung) datang. Terlebih jika kebenaran itu datang dari teman, orang disekitar kita atau sahabat dekat yang notabenenya sering memperhatikan atau mengetahui tentang kita. Maka apabila temanmu berbuat demikian tentulah ia mengharapkan dirimu untuk menjadi yang lebih baik, baik, dan lebih baik lagi. Karena teman yang baik bukan saja mau menerimamu apa adanya, namun juga memperbaikimu sempurna adanya.

Dan apabila telah datang kebenaran itu pada kita, maka saat itu pulalah waktunya move on. Buang jauh-jauh rasa sakit hati yang biasanya datang akibat kritik tersebut. Sungguh, bila boleh sedikit saya sok tahu, itu adalah ulah syaitonnirrojiim yang lagi-lagi berusaha merusak hati kita dengan memasukkan pikiran buruk tentang orang yang mencoba menasehati kita. Orang ini sok banget sih, ngaca dulu kek kalau mau ngkritik orang itu. Cobalah jangan asal ngomong, orang gak tau apa-apa aja berisik. Astagfirullah.... jangan ya, jangan. Bahkan seharusnya kita berterima kasih karena masih ada yang peduli dengan kita. Tidak rela jika kita menjadi buruk. Maka sekali lagi buang jauh-jauh rasa ‘benci’ yang terkadang datang tanpa diundang itu. Dan JANGAN PULA SEKALI-KALI MELAKUKAN PEMBENARAN ATAS KEBURUKAN KITA. Karena bila masih melakukan hal itu maka usaha kita untuk berubah menjadi lebih baik akan sia-sia belaka.

Setelah semua itu tak perlu galau. BUANG-BUANG ENERGI. Segera move on, dan kembali menjadi dirimu yang jauh lebih baik lagi. Jadikan itu sebagai titik tolak untuk melejit dan membuktikan BAHWA KEBURUKAN YANG DISEBUTKAN ITU SALAH. :)

Sekali lagi, bila kita merasa bahwa lingkungan kita tak mendukung. Merasa orang-orang tak peduli, tak kounjung mengerti, atau tak seperti keinginan hati. Merenunglah. Apakah yang salah dengan diri ini?
***

Disebuah sore yang mendung, saya bermotor ria untuk menemui seorang teman. Setelah sampai, lalu saya ngglosor begitu saja dikamar sempitnya.

Setelah beberapa saat basa basi. “eh, menurutmu aku itu apa aja sih jeleknya?”
...
“Haisshh... gak usah kebanyakan mikir, sebutkan aja!”
***
____________________________________________

Hanya renungan menjelang subuh yang indah dari orang yang sedang berbenah. Semoga tidak menggurui.

Emm... I'm Back, assalamu'alaikum... ^^v
~Catatan Aez~
Mei 23, ‘13
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Salam ^__^

Foto saya
Jogjakarta Hadiningrat, Indonesia
Terkadang tulisan seperti diam, adalah pilihan terbaik disaat hati dan lidah lelah untuk berkata.. Welcome In My Abstract Mind... ^^

Categories

Followers