Siapa yang senang menulis?
Siapa yang senang berbicara?
Sebagian orang ada yang
senang menyampaikan apa yang difikirkannya melalui pembicaraan. Dan memang ada
yang berprofesi sebagai penyuluh atau penyampai suatu informasi melalui bahasa
verbal. Tapi ada juga yang memilih menyampaikannya melalui sebuah tulisan. Mari
kita lihat apa perbedaan yang indah antar dua kepribadian ini.
Pertama, pribadi yang
senang menyampaikan sesuatu hal melalui bahasa verbal. Terlihat disini ia
adalah invidu lugas yang lebih terbuka kepada orang lain. Lebih senang
berbicara langsung ketimbang melalui surat. Dan lebih senang bertelepon
ketimbang berkirim pesan singkat.
Percaya diri yang baik dan
mumpuni jelas ada dalam karakter yang terbuka ini. Siap menyampaikan apa yang
dilihat, fikir dan rasakan secara gamblang. Tidak lagi mengumpat dibalik
rentetan surat elektronik atau pun pesan singkat dengan berbagai model.
Bagaimana dengan
kepribadian ke dua, yang lebih senang menyampaikan apa yang dirasakannya
melelaui sebuah tulisan? Bisa jadi ia adalah pribadi yang lebih tertutup dan
bisa lebih lugas menyampaikan paparannya melalui rangkaian kalimat.
Bisa jadi karakter ini
adalah yang senang dalam kesendirian. Artinya lebih nyaman jika menyendiri dan
dalam keheningan. Tidak terlalu suka keramaian bahkan bisa asik dengan dunianya
sendiri yaitu tulis menulis.
Apakah si penyuka tulis
menulis ini adalah seorang yang pemalu? Ya bisa saja. Mungkin saja segala yang
dirasakannya lebih bisa dimengerti orang lain jika disampaikan melalui sebuah
tulisan. Grogi? Mati gaya jika berhadapan langsung dengan orang lain,
terlebih orang yang baru dikenalnya? Mungkin saja
Apakah si pembicara
merupakan seseorang yang ekstrovet? Dan si penulis adalah pribadi yang
introvert? Belum tentu. Bisa saja mereka hanya menemukan keasyikannya sendiri
di dunianya masing-masing. Yang satu senang bersosialisasi dengan ngobrol
langsung dan yang satu senang bersosialisasi melalui tulisan.
Bagi yang senang
berinteraksi langsung pasti dunia sangatlah terlalu indah jika hanya
digambarkan melalui sebuah tulisan, mungkin tak bisa tergambarkan seluruhnya
jika tak disampaikan secara verbal.
Lalu bagaimana sebuah dunia
dimata yang senang menulis? Dunia itu indah, dan sesungguhnya menulis itu lebih
dari sekedar berbicara. Ya, dua pendapat menarik yang tidak boleh disalahkan
satu sama lain.
Yang pasti keduanya adalah
pribadi yang sama-sama menarik dengan keunikannya masing-masing.
***
-Hasil Sharing Bunda Dewi-
Saya lebih suka yang kedua. Lagian
saya terlalu gagap bila disuruh berbicara. Kalau harus bercerita atau ngobrol rasanya
itu canggung, mati gaya, krik-krik, garing dan masih banyak lagi yang memaksa
saya untuk memilih berhenti. Apalagi yang jam terbangnya belum terlalu banyak
dalam berinteraksi dengan saya. Ah sudah, takut salah paham. Diam aja malah
aman. :D
Tapi tahukah, dalam menulis atau
apapun yang masih sekeluarga dengannya sebenarnya memiliki masalahnya sendiri. Contoh
mudah adalah bahasa ‘tulisan’ SMS.
Dulu, saya inget banget. Balasan SMS
dari saya satu kalimat itu udah bagus. Paling banter “ya”, “Enggak”, “bentar
lagi”, “udah” dan yang semisalnya. Sampai suatu hari seseorang protes
habis-habisan dengan gaya sms saya yang katanya begini dan begitu.
Setelahnya saya mulai belajar ‘memanjangkan’
setiap sms yang saya kirim. Berefek keterusan hingga saat ini. Karena pada
dasarnya saya memang lebih bisa bicara lewat tulisan jadi sms saya memang cukup
‘gapyak’ disbanding aslinya. Meski pada beberapa kasus, ketika niatnya saya
bercanda lewat media itu sering dianggap serius oleh penerima. Mungkin karena
imej saya udah kaku apa ya. Tapi saya maklum pake banget kok kalau tentang ini.
J
Yang jadi masalah adalah saat ada
(lagi) seseorang yang mengkritik gaya sms saya yang sekarang. Katanya terlalu
begini dan begitu. *hela nafas*
Inti dari tulisan ini, semoga
saya bisa menerapkan semuanya dalam sikon yang tepat. Karena ternyata panjang
ya salah, pendek ya ndak jauh beda. J
Ruang Penyimpanan
26082014
Aez--
0 komentar:
Posting Komentar